Dolorosa Sinaga: Pematung Pejuang, Pejuang Pematung

*Tak banyak nama pematung di Indonesia, tak banyak nama pematung perempuan Indonesia. Dari yang tak banyak itulah ada Dolorosa Sinaga. *

Tahun 2020, Dolorosa Sinaga memperingati 40 tahun perjalanannya dalam berkarya. Sebuah pameran dipersembahkan, bertajuk Kaleidoskop 40 Tahun Aktivisme Seni Dolorosa Sinaga, yang dilangsungkan di Gedung B Galeri Nasional, Jakarta. Selain pameran, dalam peringatan ini, Dolorosa juga menerbitkan buku yang memuat dokumentasi aktivisme dan karya-karyanya, berjudul: Dolorosa Sinaga, Tubuh, Bentuk, Substansi.

Dolorosa dan Para Lelakinya

Aktivis Kemanusiaan, Pendidik, Seniman, tiga identitas inilah yang melekat pada diri Dolorosa Sinaga.

Di ruang pamer, terdapat lima patung figur lelaki. Kelima lelaki tersebut adalah Dalai Lama, Soekarno, Wiji Thukul, Gus Dur dan Multatuli. Patung Gus Dur berpose layaknya patung Budha tertawa lepas yang khas. Wiji membaca puisi mengangkat tangan kiri. Soekarno duduk menyilang kaki dengan kaca mata hitamnya. Multatuli dalam bentuk membaca buku yang lebih besar dari dirinya, dan Dalai Lama yang ditampilkan santai dan bahagia. Sebagai pematung, Dolo bekerja dengan banyak material, sebagai seniman, Dolo berekspresi bebas tapi tegas. Kelima lelaki di pameran ini menunjukkan semangat yang hendak disampaikan, gagasan kemanusiaan. Dolorosa Sinaga juga merupakan salah satu nama dari penggagas Belok Kiri Festival, dengan semangat untuk melawan dan membongkar propaganda orde baru yang harus dikoreksi.

Dolorosa dan Perempuan

Kantor Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Jalan Latuharhary, Jakarta. Masuk dari pintu utama, belok ke kiri lantas ke kanan. Sisi kiri tangga, di situlah salah satu karya Dolorosa Sinaga terpajang. Patung Solidaritas, patung yang membentuk perempuan berdiri berjajar, saling berpegangan tangan. Perempuan paling kiri, mengepalkan lengan, mengangkat tinju tanda semangat perlawanan. Salah satu perempuan membentuk bulatan pada perut, hamil. “Dolo itu sangat serius, banyak patungnya yang dinyatakan dengan bentuk perempuan,” ujar Saparinah Sadli dalam audio pernyataannya yang masuk dalam pameran. Ia menegaskan bahwa Dolo adalah seorang seniman yang memiliki keberpihakan kuat terhadap solidaritas perempuan. “Saya tidak memilih objek perempuan, tapi saya terinspirasi oleh sosok perempuan. Perempuan adalah change of life,” ujar Dolorosa dalam sebuah wawancara.

Dukungannya terhadap perjuangan perempuan tak hanya dinyatakan lewat karyanya, Dolorosa adalah salah satu orang pertama yang mendukung gagasan Pundi Perempuan, satu-satunya wadah dana publik di Indonesia yang dikhususkan untuk mendukung upaya pemulihan bagi perempuan korban kekerasan, terutama dengan mendukung kerja lembaga layanan bagi perempuan korban. Pundi Perempuan digagas oleh Komnas Perempuan sejak tahun 2001 yang kemudian menggandeng Yayasan Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) untuk pengelolaannya. Selamat untuk 40 tahun berkarya, teruslah berkarya dan menjadi semangat manusia, kemanusiaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Selalu dapatkan kabar terbaru dari kami!