
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) bersama Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) dengan dukungan UNFPA mengadakan Temu Lansia pada beberapa waktu lalu. Kegiatan Temu Lansia berlangsung secara hybrid di lima wilayah yaitu Jakarta, Yogyakarta, Aceh, Palu, dan Sikka. Wajah suka cita tergambar dari raut para lansia yang saling melepas rindu setelah lama tidak dapat bertemu karena pandemi Covid-19.
Temu Lansia dimulai dengan sambutan dari Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa), Komnas Perempuan, dan UNFPA. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan sharing yang dimoderatori Soraya Oktaviani selaku Koordinator Program IKa, bersama dengan Cak Fu (Bahrul Fuad) mewakili Komisioner Komnas Perempuan, dan Cahyo mewakili UNFPA.
Temu Lansia bertujuan untuk saling memastikan keadaan dan kondisi para lansia, evaluasi bantuan alat Kesehatan yang diberikan kepada para lansia, dan melihat sejauh mana kebutuhan lansia yang perlu diupayakan bersama. Selain itu, para pendamping lansia juga berbagi peluang dan tantangan advokasi kebijakan khususnya perihal hak reparasi korban pelanggaran HAM.
Cak Fu menyampaikan urgensi perlindungan lansia dan khususnya lansia korban pelanggaran HAM. Untuk itu, Komnas Perempuan dan IKa memastikan dan mengupayakan agar para sepuh (lansia) seyogyanya dimanusiakan sebagaimana kewajiban kita memanusiakan (memuliakan) orang tua kita. Pengadaan alat kesehatan dari Jepang oleh UNFPA menjadi salah satu upaya yang dilakukan. Cak Fu berharap agar ke depannya kesejahteraan lansia tidak hanya bergantung pada pendanaan negara lain tetapi juga dari pemerintah Indonesia.
Cahyo (UNFPA) menyampaikan komitmen global dalam menyejahterakan lansia dan sejalan dengan fokus isu Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk pemenuhan hak-hak dasar. Sejak 1998, Pemerintah Indonesia juga sudah berkomitmen perihal kesejahteraan lansia dalam UU No. 13 tahun 1998. Atas dasar hal itu, UNFPA bersama dengan Komnas Perempuan akan terus berkomitmen dalam menyejahterakan lansia. Bantuan alat kesehatan merupakan salah satu komitmen dalam upaya pemenuhan hak dasar lansia. UNFPA memohon maaf atas proses pendistribusian yang cukup lama. UNFPA berharap ke depannya akan semakin baik lagi dalam mengupayakan pemenuhan hak bagi lansia.
Para lansia bersyukur atas bantuan alat kesehatan yang didapatkan. Mereka berharap proses penyalurannya lebih cepat dan tepat atau tidak berjarak terlalu jauh paska pendataan. Salah satu peserta tamu lansia dari Aceh menyampaikan harapannya agar terbukanya peluang untuk mendapatkan bantuan lainnya. Pada sisi lain, ada beberapa data baru dan mereka belum mendapatkan bantuan alat kesehatan.
Update dan memberi kabar saling disampaikan melalui zoom yang menghubungkan ke lima wilayah yang tergabung. Para lansia juga menyampaikan pandangan dan harapannya. Usia senja tidak menyulutkan api semangat dan harapannya agar hak reparasi didapatkan. Perjuangan tidak pernah usai dan menjadi tua bukanlah sebab menjadi lemah. Semangat itu kiranya yang disampaikan dari raut wajah para lansia yang hadir.
Meskipun terdapat perbedaan waktu di antara beberapa wilayah, pelaksanaan kegiatan Temu Lansia tetap berlangsung efektif dan syahdu. Sumiyati, mantan Sekretaris Gerwani, menyanyikan lagu tentang lansia. Lagu tersebut syarat akan makna meski secara kondisi fisik dan kesehatan terbatasi namun tidak membuat semangat juang para lansia melemah. Hal ini terbukti di mana beberapa lansia harus menempuh perjalanan dari Klaten, Banyumas, dan Purwokerto untuk saling melepas rindu di Jakarta. Menambah semarak kehangatan, paduan suara Dialita menyanyikan lagu Manusia Kuat. Lansia bukanlah manusia lemah. Temu Lansia ini telah memberi pembelajaran berharga bahwa dengan bersama kita berdaya.