“Novel ini membongkar stereotip, bahwa kekerasan hanya terjadi di kelas bawah, pada masyarakat tak berpendidikan. Tokoh Asmara menyatakan fakta yang lain”, ujar Ayu Utami, penulis Saman dan Larung, dalam peluncuran dan diskusi Novel “Switched Off” di Jakarta, Kamis (20/02/2020).
Switched Off secara gamblang mengangkat permasalahan kekerasan terhadap perempuan di dalam sebuah hubungan. Novel ini mengangkat perempuan bernama Asmara yang mengalami kekerasan, mulai dari fisik, verbal, hingga finansial dari pasangannya.
Acara dibuka dengan pemaparan singkat dari Hotma Abigail Sirait, sang Penulis Novel dan dilanjutkan sambutan oleh Maria Anik Tunjung, Direktur Eksekutif Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa), organisasi yang mengelola Pundi Perempuan. Untuk memperdalam pengetahuan dan pengalaman pengunjung mengenai kasus kekerasan terhadap perempuan, peluncuran buku ini juga menghadirkan narasumber Ayu Utami (Novelis), Vitria Lazzarini Latief (Psikolog), dan Yuniyanti Chuzaifah (Mantan Ketua Komnas Perempuan), yang dimoderatori Ayu Diah Pasha
Cerita “Switched Off” menggambarkan satu dari sekian banyak kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan Catatan Tahunan (Catahu) Komisi Nasional (Komnas) Anti Kekerasan Terhadap Perempuan 2019, dari 13.568 kasus kekerasan yang tercatat, 9.637 kasus berada di ranah privat (71%). Dari jumlah tersebut, jumlah kekerasan dalam pacaran mencapai 2.073 kasus, dan jumlah kekerasan terhadap istri mencapai 5.114 kasus.
“Switched Off mencoba menjelaskan awal dari lingkaran setan, kekerasan terhadap perempuan dalam hubungan rumah tangga. Jika Asmara melanjutkan pernikahannya, ia akan mendapat kekerasan yang semakin parah, terutama ketika ia diminta berhenti dari pekerjaannya. Kenapa semakin parah? Karena akhirnya Asmara akan bergantung kepada Rico, dan Rico akan semakin bisa melakukan apapun yang ia mau terhadap Asmara.” Cerita Abigail bersemangat.
Melalui novel ini, kita bisa memahami kompleksitas psikologi korban kekerasan, bagaimana mereka menolak pemahaman bahwa pasangannya adalah pelaku kekerasan, bagaimana korban percaya bahwa suatu saat pelaku akan berubah, hanya butuh sedikit kesabaran, serta bagaimana korban tidak ingin orang lain tahu bahwa pasangannya adalah pelaku kekerasan.
Pemahaman ini penting agar kita bisa mengambil sikap yang tepat jika orang terdekat kita menjadi korban kekerasan. Menurut menurut Vitria Lazzarini Latief, jika kamu curiga orang dekatmu mengalami kekerasan,”Boleh kok menyampaikan kecurigaan dengan bertanya tanpa melakukan menghakimi. Pertanyaan ini minimal akan menjadi pemicu korban untuk bercerita tentang masalahnya”.
Setelah korban bercerita, penting kemudian untuk membantu korban agar bisa menghadapi masalahnya dan terlepas dari trauma yang dialami dari pasangannya. Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa), Maria Anik Tunjung.
“Memberikan akses kepada korban kekerasan untuk pulih dari kondisi traumatik yang dialaminya selama ini adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan. Oleh karena itu, sebagai lembaga sumber daya, IKa selalu mendorong berbagai pihak untuk memberi dukungan bagi lembaga yang bekerja untuk menangani kasus kekerasan terhadap perempuan, seperti Women Crisis Center.”
Bersama Komnas Perempuan yang melakukan inisiatif pendirian Pundi Perempuan, IKa menggalang, mengelola dan menyalurkan berbagai bentuk sumber daya, salah satunya adalah memberikan sumber dana kepada berbagai organisasi yang fokus memberikan pendampingan terhadap perempuan korban kekerasan di berbagai wilayah di Indonesia.
Selain mengangkat masalah kekerasan dalam berpacaran, melalui novel ini Abigail juga mencoba berkontribusi terhadap berbagai kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia. Ia berkomitmen untuk menyisihkan hasil penjualan Switched Off ke Pundi Perempuan yang diharapkan bisa membantu perempuan korban kekerasan di Indonesia.