Yayasan Sosial Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) didirikan pada tahun 1995 di masa tahun-tahun terakhir rezim otoriter Indonesia yang berkuasa selama 32 tahun. Ketika itu gerakan pro-demokrasi mulai berkembang. Saat IKa didirikan, perannya ditujukan untuk mendukung gerakan pro-demokrasi melalui hibah kecil/mikro dari organisasi donor internasional yang berbasis di Eropa (kebanyakan Belanda dan Belgia). Pendirinya adalah tiga aktivis (Zumrotin K. Susilo, Wilarsa Budiharga, Fauzi Abdullah) masyarakat sipil yang pada saat itu aktif dalam memajukan hak-hak buruh, hak-hak konsumen, hak asasi manusia dan pengembangan organisasi masyarakat sipil.
Momentum perubahan strategi organisasi IKa dimulai sejak tahun 2010. Perubahan strategi yang dilakukan antara lain strategi penggalangan sumber daya, fokus program, branding, model kerja, karakter dan lain sebagainya. IKa memaknakan sumber daya dengan istilah catur daya, artinya empat sumber daya yaitu dana, pengetahuan, jaringan dan kerelawanan. IKa membayangkan bahwa sumber daya tidak lagi mengandalkan donor, namun perlu memperbanyak sumber-sumber pendanaan yang berasal dari masyarakat, kemitraan dengan sektor swasta berbasis nilai, dan mengembangkan kemitraan dalam ekonomi solidaritas.
Fokus program IKa pun berkembang menjadi empat pundi yaitu Pundi Insani, Pundi Perempuan, Pundi Budaya dan Pundi HIjau. Selain itu IKa juga mengubah branding organisasi dari YSIK menjadi IKa, diikuti dengan penyesuaian logo dan warna yang lebih mencerminkan makna kemanusiaan.
Dengan peran yang dijalankannya, IKa menyebut dirinya sebagai Civil Society Resource Organization (CSRO) dengan visinya dalam pemberdayaan masyarakat sipil yang memperjuangkan kehidupan yang adil, bermartabat, dan sejahtera untuk semua, dalam kerangka hak asasi manusia dan kelestarian lingkungan. Program IKa mencakup isu-isu keadilan gender, hak asasi manusia, keragaman, toleransi, kedaulatan pangan, dan tanggap bencana dengan ciri membangun kerja kolaboratif dengan organisasi masyarakat sipil dan komunitas terpinggirkan dari Aceh hingga Papua.
IKa percaya bahwa kehidupan yang bermartabat, adil dan sejahtera hanya bisa tercapai melalui perjuangan panjang mendorong perubahan yang transformatif. IKa ikut membangun keswadayaan dan keberdayaan masyarakat dalam perjuangan ini.