Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) menyelenggarakan webinar “Koperasi dan OMS: Titik Temu Gerakan Ekonomi dan Sosial dalam Praktik” pada 3 Agustus 2021. Webinar ini hadir menanggapi keresahan akan disrupsi ekonomi hulu ke hilir yang dihadapi oleh seluruh elemen masyarakat di Indonesia. Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang menjadi motor penggerak gerakan sosial yang berpotensi dalam mengikat solidaritas masyarakat untuk bersama memerangi kegelisahan akibat turbulensi ekonomi yang dihadapi.

Webinar menghadirkan tiga narasumber yang kompeten dalam gerakan ekonomi solidaritas yaitu(1) Suroto dari kalangan, peneliti, pemerhati, dan praktisi Koperasi; (2) Ukke R. Kosasih selaku Pengurus Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa); (3) Romlawati selaku Co-Director Pelaksana untuk Penguatan Gerakan Ekonomi PEKKA. Webinar berlangsung selama tiga jam membahas mengenai berbagai keterkaitan antara Koperasi dan OMS dengan lebih kurang 100 peserta yang antusias mengikuti hingga selesai.
Manusia yang kerap menjadi pelaku, penerima manfaat, hingga korban dalam kegiatan ekonomi harus memiliki beragam cara untuk terus bertahan dan meningkatkan kemandirian. Hal ini akan mendorong bagaimana manusia bisa terbebas dari permainan ekonomi oleh pemilik modal besar yang mengancam kemaslahatan hidup manusia pada umumnya. Adanya relasi kuasa asimetris dalam mengendalikan ekonomi posisi masyarakat terus melemah dalam secara ekonomi. Ketergantungan terhadap ekonomi global menunjukkan bukti bahwa pelemahan secara terstruktur telah terjadi.
Oleh karena itu gerakan ekonomi solidaritas harus dapat mendorong terciptanya kemandirian komunitas yang menguatkan solidaritas dalam inisiatif ekonomi masyarakat. Koperasi sebagai salah satu lembaga keuangan, menjadi elemen yang dapat membantu masyarakat Indonesia untuk membangun sebuah komunitas yang mandiri dan tidak serta merta mengeksploitasi manusia dan lingkungan hidup.
Temuan FGD menunjukkan beberapa pendamping masih melakukan kerja pendampingan secara langsung. Ini artinya Peranan dunia usaha untuk pengembangan komunitas secara kompetensi dipengaruhi dari bagaimana sebuah badan usaha dapat mengutamakan manusia di atas modal. Melalui peranan model usaha yang memperhatikan keberdayaan komunitas, konsep profit oriented yang dapat merusak nilai dalam seseorang kemudian mengalami pergeseran perspektif menjadi benefit oriented. Bagaimana dalam kedua konsep ini, perbedaan yang mencolok di antaranya adalah ketika sebuah usaha memperhatikan keuntungan dalam segi nilai maupun kompetensi yang diberikan dan diterima oleh mereka, dibandingkan dengan keuntungan secara besaran pendapatan yang dihadapi. Hal ini dilihat dari bagaimana ketika sebuah model usaha memperhatikan kesejahteraan para elemen pekerja di dalamnya, sebuah faktor keuntungan akan dapat tercapai.
Model koperasi yang mengembangkan perspektif peningkatan kompetensi bukan kompetisi, menciptakan solidaritas dan kerja sama antar pelaku usaha di dalamnya. Selain kepada para pelaku usaha, konsumen turut dijadikan sebagai elemen co-producer yang memiliki peranan sebagai pemilik modal dan tidak hanya sebagai objek target pasar semata. Terciptanya sebuah demokrasi ekonomi di masyarakat mempengaruhi peningkatan perhatian akan meningkatnya hingga memperkuatnya nilai-nilai kemanusiaan, kearifan budaya, hingga kelestarian ekologi.
Keuntungan dari hasil usaha menjadi sebuah bahan bakar dalam gerakan ekonomi solidaritas yang dapat memperkuat sumber daya untuk melakukan advokasi. Dalam organisasi masyarakat sipil yang kerap dilandasi oleh sistem crowdfunding membuat OMS tidak memiliki pondasi yang kuat untuk mempertahankan gerakan yang sedang diperjuangkan. Melalui pendirian koperasi, kegiatan usaha dengan pendapatannya dapat memperkokoh gerakan sosial yang akan diperjuang oleh para organisasi masyarakat sipil.