Dalam rangka memperkuat gerakan ekonomi solidaritas, Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) kembali menyelenggarakan webinar kedua pada 25 Agustus 2021 lalu dengan tajuk “Keterhubungan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dalam Ekosistem Ekonomi Solidaritas”. Webinar ini mengupas bagaimana relasi antara gerakan sosial dan gerakan ekonomi yang dituangkan dalam sebuah organisasi masyarakat sipil. Sebagai sebuah prinsip, ekonomi solidaritas dapat diterapkan dalam sebuah gerakan sosial dengan memperhatikan nilai-nilai solidaritas, kerja sama, kesetaraan, keberlanjutan, demokrasi, hingga pluralisme. Pemaparan ekonomi solidaritas dan OMS disampaikan oleh Direktur Eksekutif IKa, Sugiarto Arif Santoso. Ekonomi solidaritas merupakan gerakan sedunia untuk membangun ekonomi yang adil dan berkelanjutan. Sugiarto juga menambahkan bahwa ekonomi solidaritas mensyaratkan adanya pergeseran dalam paradigma ekonomi dari yang mengutamakan keuntungan dan pertumbuhan menjadi yang mengutamakan hidup yang selaras dengan sesama manusia dan dengan alam.

OMS sebagai entitas dari gerakan masyarakat sipil sejalan dengan ekonomi solidaritas yang meletakkan keberpihakannya pada manusia dan alam. Sugiarto melanjutkan, bahwa koperasi (credit union) sebagai entitas dari ekonomi solidaritas mempunyai beberapa pola keterhubungan antara OMS sebagai entitas dari gerakan masyarakat sipil. Setidaknya ada tiga pola yang ditemukan. Pertama, OMS yang mengintegrasikan ekonomi solidaritas menjadi salah satu misi organisasi. Pola pertama ini cukup populer digunakan oleh OMS, namun tidak banyak yang dapat berlanjut setelah terjadi krisis dalam penataan organisasi. Kedua, ekonomi solidaritas yang mendedikasikan sebagian besar keuntungannya untuk pembiayaan gerakan sosial dan lingkungan hidup. Pola ini tidak banyak digunakan oleh credit union dalam beberapa isu seperti pelestarian alam dan peningkatan ekonomi. Namun untuk isu kesetaraan gender dan hak asasi manusia (HAM) belum populer. Ketiga, hubungan ketersalingan (reciprocity) antara OMS dan Koperasi (credit union). Pola ketiga ini belum populer diterapkan oleh OMS ataupun Koperasi. Tantangan pola ini adalah niat dan strategi organisasi yang sering dianggap belum sejalan dengan arah organisasi.
Banyaknya kendala yang dihadapi OMS, tidak luput dari bagaimana penerapan ekonomi solidaritas dalam suatu organisasi dapat membuat perubahan-perubahan di internal maupun eksternal organisasi. Adanya relasi yang kuat antara OMS dengan entitas ekonomi seperti koperasi maupun social enterprise dapat membuat tumbuhnya kemandirian organisasi dan berputarnya arus ekonomi dalam aktualisasi kegiatan-kegiatan bersama bersama komunitas yang terpinggirkan.Hal ini turut dilakukan oleh kelompok Ibu Jamu yang menerapkan proses pengorganisasian para Ibu pengelola jamu yang mengembangkan bagaimana pemberdayaan dan pendanaan dilakukan melalui proses produksi jamu. Menurut Theresia Eko, Pamong Ibu Jamu Empu Sragen, dengan menerapkan ekonomi solidaritas yang memperhatikan kesejahteraan para ibu jamu di masa pandemi. Melalui prinsip-prinsip pemberdayaan yang diterapkan, gerakan menjadi sebuah strategi peningkatan ekonomi melalui pemaksimalan pemanfaatan kompetensi produksi jamu dan penjualannya, hingga pengembangan diri untuk menjadi maju bersama dalam masa sulit selama pandemi ini. Tidak hanya memperhatikan peningkatan penjualan, tetapi bagaimana para ibu jamu dapat meningkatkan kepedulian terhadap sesama dan terhadap alam dan kelestariannya.

Selain itu, prinsip ekonomi solidaritas yang diterapkan melalui Pesada Perempuan yang turut menguatkan aspek politik perempuan terutama di Sumatera Utara. Berdasarkan keterangan Ramida Sinaga, Koordinator keuangan dan fundraising Pesada, gerakan ekonomi dan politik perempuan diwujudkan dalam koperasi yang meningkatkan arus ekonomi dan mewujudkan kepemimpinan perempuan. Pesada mengasah keterampilan para kadernya untuk turut menjadi perempuan pemimpin yang mampu menguatkan ekonomi politik akar rumput yang setara & adil gender, inklusif, berkelanjutan, serta berpengaruh dari lokal hingga internasional. Gerakan ekonomi solidaritas juga diterapkan dengan menerapkan prinsip sederhana melalui perputaran ekonomi di desa, membangun perekonomian desa dengan mengembangkan produksi agar uang dari luar desa bisa masuk ke dalam desa, hingga menyeimbangkan kerja sama alam dan manusia dengan memaksimalkan potensinya masing-masing dan tetap memperhatikan kelestarian ekosistemnya. Lian Gogali, sebagai pendiri dan direktur institut Mosintuwu, percaya bahwa bagaimana kerja sama di desa dengan pengorganisasian di dalamnya dapat menyediakan kebutuhan sehari-hari tanpa bergantung dari produksi luar desa. Gerakan ini akan membantu meningkatkan rasa kuat kepemilikan seseorang terhadap komunitas hingga ke desanya sendiri. Hal ini akan berpengaruh pada penjagaan kelestarian alam untuk memastikan kesejahteraan masyarakat desa tersebut..
Beragamnya solusi nyata yang telah dilakukan oleh organisasi masyarakat sipil terhadap keberhasilan ekonomi solidaritas menunjukkan bahwa kunci dari penerapan prinsip ekonomi solidaritas menjadi salah satu yang mendorong keberhasilan gerakan tersebut. Selain itu, organisasi juga harus dapat bekerja sama dalam mengelola model ekonomi solidaritas yang akan diterapkan. Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan lebih banyak menambah jaringan melalui webinar, workshop, dan terus melakukan diskusi yang substansial untuk meningkatkan keberhasilan dari gerakan ekonomi yang dilakukan.
Bila Anda tertarik mengembangkan ekonomi solidaritas bersama-sama Indonesia untuk Kemanusiaan, mari bergabung dalam komunitas pembelajaran ekonomi solidaritas. Silakan mengklik link di bawah ini.