Meneropong Sisi Lain Kehidupan Lansia di Desa

Artikel terbitan PBH Nusra (NTT). Penulis: Yulius Regang

Kesejahteraan lansia merupakan isu penting namun kerap kali terabaikan publik. Salah satu faktor yang menyebabkan isu lansia kurang mendapat perhatian karena dianggap persoalan privat. Padahal persoalan kesejahteraan lansia tidak hanya berada di ranah privat melainkan berkaitan dengan permasalahan sistemik dan seyogyanya mendapatkan perhatian publik.

Persoalan yang dihadapi lansia di antaranya kesehatan (penurunan daya tahan tubuh, penyakit, kemampuan bertahan hidup, dsb), ekonomi, sosial, dan psikologis (dukungan keluarga dan masyarakat). Tentu persoalan ini bukan persoalan mudah. Namun, kebanyakan orang memahami persoalan lansia sekadar perubahan siklus kehidupan dari usia muda ke usia tua.

Potret kehidupan lansia penuh persoalan terlihat jelas di desa-desa. Kehidupan lansia di desa sangat memprihatinkan. Beberapa lansia hanya dihadapkan pada penantian ajal. Mereka hidup dengan penuh keterbatasan dan keterbelakangan. Keterbatasan fisik, kondisi kesehatan yang tidak menunjang, keadaan ekonomi yang tidak memadai, dan kurangnya dukungan keluarga dan masyarakat.

Rasa sepi dan terasing tampaknya hadir menyelimuti mereka. Mereka tinggal jauh dari keluarga dengan kondisi rumah yang sudah reyot. Mereka kesulitan dalam menyambung hidup di tengah tenaga yang tersisa. Namun, mereka tetap memaksakan seluruh tenaganya untuk berkebun dan menjualnya agar dapat menyambung hidup. Mereka bekerja sekadar untuk pemenuhan kebutuhan hidup di tengah situasi yang serba terbatas.

Persoalan lain adalah kesulitan mengakses air bersih karena sumber air bersih jauh dari pemukiman atau rumah tempat mereka tinggal. Masih ada lansia yang hidup tanpa penerangan yang cukup dan akses jalan menuju tempat-tempat pelayanan publik sulit dijangkau. Akses jalan yang sulit berpengaruh terhadap rendahnya partisipasi lansia dalam mengikuti kegiatan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) dan pelayanan kesehatan lainnya.

Konsep yang keliru dari masyarakat terhadap lansia memperparah keadaan. Lansia dianggap sebagai kelompok tidak produktif sehingga sering diabaikan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan yang dialami para lansia dan tuntutan kehidupan membuat anak-anak lansia merantau untuk memperbaiki keadaan ekonomi mereka. Sayangnya, anak-anak yang merantau kerap kali tidak kembali untuk menengok ataupun memastikan kondisi orang tuanya. Masyarakat pun cenderung acuh tak acuh terhadap keadaan para lansia tersebut.

Berangkat dari persoalan pelik pada kehidupan lansia, PBH-Nusra bersama lembaga mitra Yayasan Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa), melalui program Better Together yang difasilitasi oleh VOICE berusaha untuk membangun pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang lansia dan seluruh problem kehidupan yang dialami oleh lansia.

PBH-Nusra melalui CO (Community Organizer) dan relawan anak muda berupaya untuk mengurai permasalahan yang terjadi dengan membangun kemitraan bersama pemerintah desa. Kemitraan ini berupaya untuk mendorong peningkatan pelayanan kesehatan terhadap lansia dan keaktifan lansia dalam mengakses Posyandu rutin. 

Selain fokus terhadap isu kesehatan lansia, PBH-Nusra juga mendorong musyawarah rencana pembangunan khusus lansia di tingkat desa, terutama di tiga desa dampingan, Ian Tena, Tua Bao dan Natarmage. Tujuannya agar lansia dapat berpartisipasi dalam rencana pembangunan di tingkat desa serta mendapatkan porsi sesuai hak dan kebutuhan lansia itu sendiri. Melalui ruang yang sama, PBH-Nusra mendorong adanya perhatian pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan lansia dengan melibatkan dinas dan instansi terkait, di antaranya Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, pemerintah desa, petugas medis, orang muda dan perwakilan lansia. Sebagai lembaga pendamping, PBH-Nusra sadar bahwa kesejahteraan lansia tidak seutuhnya menjadi tanggung jawab PBH-Nusra, tetapi tanggung jawab semua pihak antara lain pemerintah, masyarakat, keluarga, dan pihak lain yang menaruh perhatian pada kehidupan lansia. PBH-Nusra hadir sebagai penggerak untuk membangkitkan kesadaran dan pemahaman banyak pihak terhadap persoalan lansia. Keterlibatan banyak pihak dibutuhkan dalam meringankan persoalan yang dihadapi para lansia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Selalu dapatkan kabar terbaru dari kami!