Kamis 18 Juli 2024, musibah kebakaran menimpa rumah Bu Betet (nama panggilan untuk Ibu Sumiyati) seorang penyintas 65. Peristiwa kebakaran terjadi pada sore hari, saat Ibu sedang beribadah ke gereja. Kebakaran berhasil dipadamkan dengan bantuan warga setempat bersama pemadam kebakaran dan hanya menyisakan tembok pada beberapa sisi rumah dan beberapa kursi yang masih cukup layak untuk digunakan. Bu Betet pada masa mudanya adalah juga seorang perias pengantin, Ibu tidak segan memberi pengurangan bahkan tidak keberatan ketika pengantin tidak memiliki dana tidak ada bayaran bagi pekerjaannya. Beberapa waktu ini, rumah Bu Betet kerap kali digunakan untuk menjadi tempat tinggal bagi mahasiswa yang tengah melangsungkan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di desanya. Tak mengherankan jika dibalik musibah yang terjadi, muncul kehangatan yang tak terduga. Tetangga dan kerabat segera berdatangan untuk memberikan simpati dan dukungan.
Sehari selepas musibah kebakaran, bantuan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) datang. Bersama dengan tetangga, mereka bahu-membahu membangun kembali rumah Bu Betet. Hal ini menggerakkan hati Mas Ari, salah satu tetangga Bu Betet yang juga seorang kontraktor yang dengan sukarela menanggulangi biaya pembangunan kembali rumah tersebut. Sebuah tim bahkan dibentuk oleh masyarakat sekitarnya, untuk memperlancar proses pembangunan, mengurus dapur umum, dan mengelola segala bantuan yang masuk.
Bu Betet merupakan sosok yang tangguh, baginya, “Derita jika dijalankan memang menyakitkan namun kalau dihayati indah pada waktunya.” Ia selalu menebar senyum dan tidak sedikitpun memperlihatkan kesedihannya saat para relawan datang menemuinya. Selama proses pembangunan kembali rumahnya Bu Betet memilih tinggal di tenda yang diberikan Kemensos walau beberapa warga menawarinya bermalam di rumah mereka. Namun Ia menolak dan memilih tetap tinggal dan bermalam di halaman rumahnya. Rumah yang penuh kenangan.
Bu Betet adalah juga seorang yang tak pernah lepas dari doa dan syukur. Atas solidaritas yang mengalir dari banyak orang, melampaui yang dia bayangkan, Ibu mengucapkan banyak terima kasih dan mendoakan para relawan dan donatur. Menurut Ibu, yang pernah hampir kehilangan nyawa karena ditangkap dalam tragedi 65, kehilangan materi bukanlah hal yang terberat. Sikap Ibu yang tegar ini mengundang rasa takjub dari relawan ataupun donatur yang berkunjung, alih-alih menghibur Bu Betet, malah mereka yang belajar banyak dari kearifan beliau.
Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) sebagai organisasi dengan visi memperjuangkan kehidupan yang adil, bermartabat, dan sejahtera bagi semua , melakukan penggalangan donasi. Dan mengumpulkan bantuan sebesar Rp. 8.500.000 yang disalurkan kepada Bu Betet melalui mitra IKa, Sekretariat Bersama (Sekber) 65. Sekber 65 sendiri merupakan organisasi paguyuban para penyintas 65 yang kegiatannya fokus pada pendampingan lansia penyintas. IKa juga menyempatkan diri hadir mengunjungi Bu Betet, sebelum meninggalkan lokasi, Ibu berpesan,”Jadilah orang yang berguna”.