Buku “Menyemai Perubahan” merupakan hasil dari kerja bersama SKP-HAM dan juga Instititut Mosintuvu bersama dengan Rukun Bestari dan juga Indonesia Untuk Kemanusiaan, dalam merekontruksi dan melakukan pendampingan terhadap masyarakat desa pasca terkena bencana alam tahun 2018 kemarin.
Pendampingan dilakukan terhadap pemuda dan komunitas desa untuk sama-sama membangun desa pasca bencana gempa 7,4 SR 28 September 2018 di empat desa di Sulawesi Tengah, yaitu Lemusa, Labuan Toposo, Soulouwe dan Toaya.
Salah satu yang menarik dalam proses pembuatan buku ini adalah pelibatan empat tim pemakna local yang memiliki latar belakang yang berbeda. Pemakna dalam buku itu ialah Neni Muhidin yang aktif di dunia kepenulisan, Mohamad Herianto selaku pegiat sejarah lokal, Moh. Ridwan Lapasere sebagai jurnalis dan juga Rahmadiyah Tria Gayatri sebagai seniman lintas media.
Pemakna adalah simpul yang terdiri dari orang-orang memiliki kompetensi di bidang tertentu dan kedekatan terhadap wilayah atau isu guna melakukan pemaknaan terhadap kontribusi dan dampak dari hibah yang diberikan pada komunitas atau organisasi lokal.
Pemakna adalah bagian dari Komunitas Pemberdaya, sebuah ekosistem kolaboratif yang terdiri dari individu, kelompok maupun organisasi/lembaga yang bekerja sama secara aktif dan berkelanjutan dalam penggalangan, penyaluran, pengelolaan dan pemaknaan sumber daya publik untuk mendukung kerja-kerja kemanusiaan dan pelestarian alam.
Anggota Komunitas Pemberdaya bekerja berdasarkan prinsip-prinsip kesukarelaan, integritas, solidaritas, kesetaraan, keterbukaan dan keberagaman.