Genap sudah 38 tahun ratifikasi Convention on the Elimination of Discrimination Against Women (CEDAW) atau Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Pada hari Senin, 25 Juli 2022, Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) mengadakan webinar bertajuk “Tutur Perempuan: Kolaborasi Pentahelix dalam Mendukung Ratifikasi CEDAW”. Webinar ini merupakan bagian dari kegiatan kampanye dan penggalangan dana Pundi Perempuan untuk memperingati 38 tahun ratifikasi CEDAW di Indonesia.
Dalam webinar menghadirkan Mariana Amiruddin (Wakil Ketua Eksternal Komnas Perempuan), Syanaz Nadya Winanto Putri (Pendiri Rorokenes), Luviana Ariyanti (Pemimpin Redaksi Konde.co), Abby Gina (Direktur Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan), dan Soraya Oktaviani (Manager Pengembangan Sumber Daya dan Program IKa).
Webinar ini membahas bagaimana upaya bersama dalam mendukung ratifikasi CEDAW itu penting apalagi hadir dari upaya lintas sektor yang bisa disebut Pentahelix. Dalam mendukung ratifikasi CEDAW di Indonesia sudah dilakukan upaya salah satunya mengesahkan UU No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual dan mendukung pada fokus bidang masing-masing yang bisa disebut kolaborasi pentahelix Academy, Business, Community, Government, and Media (ABCGM).
Kolaborasi Pentahelix ABCGM ini membahas peran masyarakat (community) untuk ikut menjadi akselerator kebijakan; untuk dari segi pendidikan (academy) kita bisa memberdayakan perempuan dengan pemenuhan edukasi bagi perempuan dan membuat regulasi serta memberikan inovasi mengenai kebijakan untuk penghapusan kekerasan terhadap perempuan; dari segi bisnis (business) bisa membantu pemberdayaan perempuan korban/penyintas kekerasan seksual dan bisa membantu dengan penyaluran dana bagi pemulihan dan penanganan korban; untuk pemerintah (government) bisa berperan aktif dalam pembuatan regulasi yang mendukung penghapusan kekerasan seksual; serta media bisa membantu melipat gandakan pemberitaan bagaimana urgensi penghapusan kekerasan seksual yang ada di Indonesia. Dengan kolaborasi pentahelix ABCGM yang membawa esensi CEDAW, kita bisa bersama menghapuskan segala diskriminasi terhadap perempuan.
Dibuka Soraya Oktaviani (Manager Pengembangan Sumber Daya dan Program IKa) menyampaikan betapa pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mendukung ratifikasi CEDAW di Indonesia dalam menginjak tahun ke 38 tahun dan upaya yang telah dilakukan oleh multi-pihak dalam mendukung ratifikasi CEDAW harus terus ditingkatkan serta diperbarui terus menerus.
Pembahasan dibuka dengan helix pemerintah yang diwakili Wakil Ketua Eksternal Komnas Perempuan Mariana Amiruddin untuk memberikan gambaran situasi dan tantangan dalam masyarakat yang masih mengakar pada budaya patriarki yang berkontribusi pada kasus diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan di Indonesia. Helix kedua ialah bisnis, yang diisi oleh Syanaz Nadya, seorang pendiri Rorokenes. Rorokenes merupakan brand tas anyaman kulit dan tas anyaman lurik dari Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Pembahasan dalam helix bisnis meliputi kerja Rorokenes yang menerapkan anti diskriminasi terhadap perempuan dan upaya Rorokenes untuk mempromosikan ruang kerja yang ramah perempuan.
Pembahasan dilanjutkan dengan helix Media bersama Pemimpin Redaksi Konde.co, Luviana Ariyanti, yang memaparkan peran dan strategi media dalam menciptakan lingkungan dan pemberitaan media yang tidak bias gender. Pasalnya, tak dapat dipungkiri bahwa pemberitaan media massa berpengaruh pada diskursus publik. Peran media pun dibutuhkan untuk melawan status quo, baik tentang perlakuan pelaku media terhadap perempuan di dalam industrinya sendiri, maupun bagaimana media mengemas berita isu perempuan.
Sesi disambung dengan pembahasan dari helix akademisi oleh Direktur Eksekutif Yayasan Jurnal Perempuan Abby Gina tentang pentingnya pemberdayaan perempuan secara intelektual dan kerja mengentaskan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan di dunia akademis. Helix terakhir adalah komunitas yang dibawakan oleh Manager Pengembangan Sumber Daya dan Program IKa tentang kerja Pundi Perempuan untuk mendukung lembaga pengada layanan memberikan pendampingan bagi perempuan korban kekerasan.
Salah satu hal yang penting untuk digarisbawahi dari pemaparan para panelis adalah kurangnya lensa interseksionalitas dalam melawan diskriminasi terhadap perempuan. Kolaborasi pentahelix ABCGM bisa menjadi pilihan untuk memperkuat dan mengarusutamakan pendekatan multisektor untuk masyarakat yang lebih adil dan aman bagi perempuan.