
Tahun 2025 agaknya menjadi tahun yang tepat bagi Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) untuk melakukan banyak eksperimentasi di setiap kegiatan dalam rangka 30 tahun berkiprah. Di bulan Maret ini, IKa memperkenalkan inisiatif baru dalam penyelenggaraan Festival Orang Muda. Festival yang biasanya diadakan di Jakarta kali ini dipindahkan sejauh 1.100 km ke Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. Menggandeng jaringan Yayasan Wisnu dan Komunitas Kayoman, festival ini berhasil melibatkan banyak orang muda serta kelompok dan komunitas lain yang memiliki visi serupa. Desa Pedawa sebagai lokasi festival merupakan salah satu desa adat tertua di Bali, yang letaknya berada pada 650 meter di atas permukaan laut. Menurut Bli Wayan, Ketua Komunitas Kayoman, desa ini memiliki bahasa yang unik dan berbeda dari dialek Bali pada umumnya, sehingga hanya masyarakat Pedawa yang bisa memahaminya.
Selain keunikan budaya dan tradisi, Desa Pedawa juga dikenal dengan mitos yang beredar di masyarakat kota. Bli Wayan Sukarta, selaku tetua adat Desa Pedawa, menceritakan bahwa banyak orang menganggap desa ini mistis dan menyeramkan. Letaknya yang jauh dari perkotaan dengan lika-liku perjalanan untuk bisa sampai kesana, membuat mitos tersebut kian santer di kalangan masyarakat awam Bali. Bahkan, seorang mahasiswa KKN bercerita bahwa temannya sempat bertanya, “Apa kamu tidak takut KKN di Desa Pedawa? Nanti nggak bisa pulang, lho!”.
Terlepas dari mitos-mitos tidak nyata itu, Desa Pedawa sebagai desa adat memiliki keswadayaan dengan mengandalkan iuran adat dari warga yang dikenal sebagai Krama Adat, seperti dalam pembangunan Pura. Keswadayaan ini tercermin dalam sistem sosial yang mengedepankan otoritas pengelolaan desa secara tradisional dengan prinsip ‘tata lilungguh‘, yakni prinsip yang menekankan pentingnya perilaku yang selaras dengan aturan adat untuk mencapai keharmonisan dan keseimbangan. Namun, prinsip tersebut bukan berarti bahwa Desa Pedawa tidak berpaku terhadap peraturan negara, Desa Pedawa sebagai desa dinas juga menjalankan tata kelola yang diharuskan oleh NKRI.
Desa Pedawa merupakan desa yang mempunyai banyak sumber daya yang dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakatnya. Salah satunya adalah pemanfaatan air dalam kehidupan sehari-hari yang sejalan dengan tema Festival Orang Muda Berdaya tahun ini. Hasil kajian dari Sekolah Adat Manik Empul memperlihatkan keberadaan 33 jenis air yang dimiliki oleh Desa Pedawa dan masing-masing memiliki kegunaannya tersendiri. Oleh karena itu, air memiliki peranan mendasar dalam kebutuhan ritual keagamaan yang merepresentasikan manusia dan alam. Sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui, seringkali kita lupa bahwa suatu hari air yang kita anggap tak terbatas bisa saja habis jika tidak ada yang menjaga.

Pemuda Komunitas Kayoman (Sumber: Dokumentasi IKa, 2025)
Atas dasar keberlangsungan hidup bagi anak cucu, orang-orang muda yang mewarisi konsep Gama Tirta dalam tradisi Bali Aga, memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga sumber air yang sangat penting bagi spiritualitas dan kehidupan mereka. Konsep pelestarian air yang tidak hanya berfokus pada satu titik, tetapi melibatkan kawasan dari hulu (Catur Desa) hingga hilir (Panca Desa Bali Aga), memberi kesempatan bagi pemuda untuk berinteraksi dan berdiskusi dalam acara “rembug”. Acara ini bertujuan memperkuat kerjasama antar desa dan memperkokoh semangat konservasi air di kalangan generasi muda.