Mengubah Cara Kita Mengukur: Workshop “Measuring What Matters” di Bali
Pada 8-12 Juli 2024, 19 organisasi nirlaba dari Afrika, Eropa, Amerika Selatan dan Tengah, serta Asia berkumpul di Bali untuk workshop “Measuring What Matters”. Diselenggarakan oleh Global Fund for Community Foundations (GFCF) bekerja sama dengan Urgent Action Fund – Asia Pacific dan Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa), workshop ini menantang peserta dengan pertanyaan mendasar:
“Apa yang dibutuhkan untuk membangun sistem pengukuran yang benar-benar bermakna?” Selama ini, evaluasi dalam filantropi dan pembangunan lebih banyak ditentukan oleh donor—lebih mengutamakan angka daripada dampak, laporan daripada hubungan, dan kepatuhan daripada partisipasi komunitas. Workshop ini menjadi ruang bagi para peserta untuk menata ulang cara kita mengukur perubahan sosial.
Refleksi dan Tantangan Utama
1. Perebutan Kuasa dalam Pengukuran
Donor sering kali menerapkan standar evaluasi yang tidak mencerminkan realitas sosial di lapangan. Diskusi menyoroti bagaimana organisasi dapat memulihkan kendali atas cara mereka mengukur keberhasilan.
2. Dilema Legitimasi
Organisasi sering berada di antara dua tuntutan: memenuhi ekspektasi donor atau tetap akuntabel terhadap komunitas yang mereka layani. Workshop ini menggali strategi membangun legitimasi berbasis kepercayaan, bukan hanya kepatuhan terhadap sistem donor.
3. Mengukur yang Tak Terukur
Bagaimana cara mengukur kepercayaan, martabat, solidaritas, dan kesejahteraan? Konsep-konsep ini sulit dimasukkan ke dalam angka, tetapi justru merupakan inti dari perubahan sosial yang nyata.
4. Melampaui Data: Seni dan Narasi sebagai Metode Pengukuran
Pengukuran bukan hanya tentang angka. Peserta mengeksplorasi bagaimana seni, storytelling, dan metode kreatif lainnya dapat menjadi alat untuk menangkap pengalaman komunitas yang tidak dapat diwakili oleh laporan kuantitatif.
Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) Memperkenalkan Pemaknaan
IKa memperkenalkan Pemaknaan, pendekatan reflektif yang lebih menekankan pembelajaran daripada sekadar evaluasi berbasis angka. Pemaknaan menghargai pengalaman subjektif, menggali narasi komunitas, dan mengakui bahwa perubahan sosial adalah proses panjang, bukan sekadar hasil akhir. Pendekatan ini mendapat sambutan hangat dan mendorong diskusi tentang cara menerapkan metode serupa di berbagai konteks global.
Langkah Selanjutnya?
Workshop ini bukan sekadar diskusi, tetapi awal dari gerakan yang lebih besar. Para peserta berkomitmen untuk:
– Menguatkan solidaritas global melalui komunitas pembelajaran bersama.
– Melawan pendekatan pengukuran top-down dengan mendorong pendekatan berbasis komunitas.
– Menguji metode alternatif, dari pengumpulan data partisipatif hingga ekspresi kreatif.
– Melibatkan donor dalam membangun metode evaluasi baru.
Gerakan “Measuring What Matters” baru saja dimulai. Bali bukan hanya workshop, melainkan deklarasi: Pengukuran harus melayani keadilan, bukan birokrasi. Harus menggeser kuasa, bukan mempertahankannya. Harus mencerminkan realitas, bukan memanipulasinya.