Kelompok Warga Rentan Dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

 

Leaving No One Behind (LNOB), merupakan slogan Tujuan Pembangunan  Berkelanjutan (TPB/SDGs) yang membedakan dengan pendahulunya, yaitu Tujuan  Pembangunan Milenium (TPM/MDGs), dengan menempatkan pendekatan HAM yang  menjadi komitmen baru sebagai promosi dan perlindungan hak asasi manusia. Promosi  dan perlindungan HAM dalam Agenda 2030 secara eksplisit merujuk pada deklarasi  universal HAM dan kesepakatan HAM internasional1, dan berusaha untuk tidak  meninggalkan siapapun dan menempatkan pentingnya kesetaraan dan non-diskriminasi

Pelatihan Hak Asasi Manusia Dasar Bagi Organisasi Perangkat daerah

 

Hak Asasi Manusia (HAM) telah diterima secara global sebagai prinsip‐prinsip utama dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Momen lahirnya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) tahun 1948 di masa lalu merupakan tanda telah diakuinya nilai‐nilai universal ini sebagai aspek penting dalam mengelola sendi‐sendi sosial politik bernegara di mana kesetaraan, keadilan dan kebebasan warga negara menjadi tujuan dari hadirnya sebuah negara‐bangsa (nation‐state). Bertahun‐tahun kemudian prinsip‐prinsip umum itu hadir dalam bentuk yang lebih praktis sebagai panduan tentang bagaimana mengelola pemerintahan yang baik (good governance) dan mengaplikasikan standar‐standar HAM dalam program‐program pembangunan sosial. Perjalanan itu mengisyaratkan ketidakterpisahan antara komitmen pada standar‐standar HAM dengan peran aktif perangkat‐perangkat pemerintahan untuk mengimplementasikannya dalam kerja‐kerja riilnya. 

Pemulihan Korban Pelanggaran HAM Melalui Akses Layanan Publik

 

Para korban dan keluarga korban pelanggaran HAM telah lama berjuang untuk keadilan. Mereka adalah orang-orang yang memiliki mimpi akan keadilan demi martabatnya sebagai manusia. Berbagai upaya dalam memperjuangkan ha katas kebenaran dan keadilan sering menemui jalan buntu, Negara belum memiliki keberpihakan yang kuat agar kasus-kasus pelanggaran HAM dituntaskan segera. Di tengah upaya perjuangan yang tak kunjung menemukan titik terang, korban dan keluarganya memerlukan penguatan secara fisik maupun psikis, secara moral maupun material.

Membentang Asa: Potret Inklusi Sosial Korban Pelanggaran HAM

 

Program Peduli, yang awalnya dilakukan pada tahun 2011, kemudian dikaji ulang dan pada  tahun 2014 menawarkan sebuah upaya yang menggunakan pendekatan inklusi sosial untuk  menjawab persoalan marjinalisasi dan kemiskinan. IKa menggunakan program ini untuk  mencari terobosan bagi penyelesaian kasus pelanggaran berat HAM masa lalu, berfokus pada  pendekatan inklusif untuk pemenuhan hak ekonomi sosial budaya, melengkapi pendekatan  sipol yang selama ini telah digunakan oleh korban dan masyarakat sipil.

Model-Model Gerakan Kerelawanan: Refleksi dan Pengalaman di Yogyakarta

 

Buku ini berjudul Model-model Gerakan Kerelawanan-Refleksi dan Pengalaman di  Yogyakarta. Buku sebagai produk kristalisasi dari dialektika antara pengalaman dan refleksi  ini tentu telah melewati proses yang cukup panjang. Proses yang cukup panjang tersebut  dilalui dalam tiga konteks yang berbeda. Ketiga konteks berbeda yang dimaksud adalah  gerakan kerelawanan “One Week One Mother”, “Selangkah Meraih Berkah Ngurusi Simbah”,  dan “Jogja Sapa Lansia”. 

MENYEMAI PERUBAHAN: Catatan Rekonstruksi Berbasis Komunitas Empat desa di Sulawesi Tengah Labuan Toposo, Lemusa, Soulowe, Toaya. 2020.

Kepeloporan anak-anak muda dalam penanggulangan bencana seharusnya menjadi salah satu perhatian utama pemerintah dalam membangun sistem penanggulangan bencana yang lebih partisipatif. Jika generasi terdahulu berhasil mewariskan tutur cerita tentang bencana pada generasi berikutnya, kini kita bisa mengoptimalkan peran
anak muda yang melek teknologi informasi untuk membangun sistem penanggulangan bencana yang lebih handal dan dapat diwariskan untuk penyempurnaan oleh generasi berikutnya. Kini saatnya untuk bersungguh-sungguh mengajak orang muda menjadi penggerak dalam pengurangan risiko bencana. Masa depan bangsa ini ada pada
orang muda dan pada generasi yang belum dilahirkan. Tak perlu ada keraguan mengoptimalkan peran orang muda yang melek teknologi sebagai penggerak perubahan.

Buku Anak Zaman Mengungkap Kebenaran

Anak Zaman Menungkap Kebenaran: Kumpulan Catatan Sejarah Yang Tak Ada di Bangku Sekolah menjadi jawaban capaian tur sejarah yang telah dilakukan oleh Fopperham. Layaknya bunga rampai, proses interaksi peserta dengan narasumber ditambah dengan pengalaman observasi langsung di lapangan, akhirnya disajikan dalam bentuk penulisan laporan yang cukup baik. Kumpulan laporan inilah yang penulis anggap sebagai “ruang dialog baru” terhadap suara-suara hening yang selama ini kekurangan pendengar, baik dalam mazhab formal maupun non-formal.

Membangun Jembatan Bagi Inklusi Sosial

Buku ini merupakan intisari perjalanan panjang bagi IKa sebagai Executing Organization (EO) sejak tahun 2014 hingga tahun 2020 dalam mendukung Program Peduli di bawah The Asia Foundation. Secara spesifik, buku ini merefleksikan pengalaman lima organisasi mitra Program Peduli dalam periode dua tahun terakhir yaitu Federasi IKOHI bersama dengan Paguyuban Keluarga Korban Talangsari Lampung (PK2TL), Forum Pendidikan dan Perjuangan HAM (Fopperham), Sekretariat Bersama ‘65 (SekBer ’65), Relawan Perempuan untuk Kemanusiaan (RPuK), Perhimpunan Bantuan Hukum Nusa Tenggara (PBH Nusra).

Buku ini juga mengungkapkan pembelajaran dari pendekatan kebudayaan dan kelansiaan sebagai pembelajaran yang dirasakan manfaatnya bagi korban/penyintas pelanggaran HAM berat di masa lalu, serta organisasi pendampingnya. Dua pendekatan ini dirasakan membawa kesegaran dan harapan melanjutkan perjalanan dan perjuangan kerja-kerja perubahan sosial di masa depan. IKa berharap buku ini dapat menambah literatur mengenai situasi korban/penyintas dan kegiatan pendampingan yang terus menerus hingga mendapatkan hak-haknya secara adil dan bermartabat.

Panduan Pendampingan Lansia Korban Kekerasan

Buku Saku ini disusun dengan menggunakan semangat menempatkan lansia sebagai subjek utama. Sudah terlalu lama kita dicengkeram pandangan bahwa lansia adalah kelompok yang tidak produktif dan menjadi beban bagi generasi yang lebih muda. Padahal sudah banyak riset yang menunjukkan bahwa lansia tidak identik dengan pandangan seperti itu. Usia boleh tua dan tubuh boleh menua, namun penuaan tidak harus disikapi secara negatif. Lansia sama pentingnya dengan balita dan kaum muda. Lansia bisa tetap berdaya. Kepercayaan ini merupakan dasar penulisan panduan ini.

Selalu dapatkan kabar terbaru dari kami!