Gerakan Kolaborasi untuk Keadilan Iklim, Menemukan Harapan di Tengah Perubahan Iklim

Pernahkah kamu berpikir bagaimana masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil menghadapi dampak perubahan iklim? Mereka yang tidak menjadi penyebab utama krisis ini justru menanggung beban paling berat. Namun, di tengah kesulitan itu, muncul inisiatif inspiratif dari berbagai pihak yang berjuang membawa keadilan iklim bagi mereka yang paling rentan.

Dalam keresahan itu, sebagai bagian dari komitmen Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) dalam menghadapi tantangan perubahan iklim terutama di tengah komunitas masyarakat rentan, IKa terlibat aktif dalam Program “Strengthening Justice and Equity-Based Climate Justice Partnerships to Support the Vulnerable People” yang juga dikenal sebagai Program Kolaborasi Multipihak untuk Keadilan Iklim. Program ini merupakan bagian dari Pundi Hijau, sebuah inisiatif inti IKa yang bertujuan mendukung komunitas akar rumput menuju masa depan yang adil dan berkelanjutan.

Melalui program ini, IKa berfokus membangun kolaborasi antara berbagai pihak untuk menciptakan kesepahaman bersama tentang keadilan iklim. Ini bukan hanya tentang mengatasi dampak perubahan iklim, tetapi juga memastikan manfaat adaptasi dan mitigasi dirasakan secara adil oleh masyarakat yang paling terdampak.

Keadilan Iklim dan Dukungan IKa

Perubahan iklim adalah masalah global, tetapi dampaknya dirasakan secara tidak merata. Masyarakat di tingkat akar rumput sering kali menghadapi ancaman seperti kelangkaan sumber daya, gangguan ekosistem, dan bencana alam yang semakin sering terjadi. Padahal, mereka bukan kontributor utama emisi gas rumah kaca yang memicu perubahan iklim. Keadilan iklim bertujuan untuk memastikan bahwa mereka yang paling rentan mendapat dukungan yang layak. Ini termasuk pendekatan yang adil dalam mengurangi risiko, mendukung adaptasi, dan mengadvokasi perubahan kebijakan yang berpihak pada masyarakat.

Salah satu cara IKa mendukung keadilan iklim adalah melalui hibah Pundi Hijau, yang mengembangkan keterhubungan antar komunitas dan mendukung berbagai inisiatif solusi yang telah dikembangkan di tapak. Sejak 2023, program ini fokus pada inisiatif yang berkaitan dengan keadilan iklim di komunitas tapak dengan fokus tema tertentu. Tahun 2024, tema utama yang diusung adalah kedaulatan pangan dan kesehatan, dua elemen kunci dalam menghadapi perubahan iklim. Hibah diberikan kepada sejumlah mitra komunitas dari berbagai daerah di Indonesia, dimana masing-masing mitra membawa pendekatan unik yang sesuai dengan kebutuhan lokal. 

Selain itu, IKa juga mengembangkan jaringan komunikasi dengan belasan gerakan di komunitas tapak lainnya, dari berbagai daerah di Indonesia. Dari jaringan ini diharapkan dapat saling bertukar informasi terkini kondisi yang dihadapi masyarakat tapak, dan juga upaya-upaya solusi dan mitigasi yang dilaksanakan oleh masyarakat. 

Dampak yang Lebih Luas

Melalui program ini, IKa tidak hanya mendukung komunitas lokal, tetapi juga menciptakan sumber referensi dan pengetahuan yang dapat digunakan oleh berbagai pihak. Informasi dari program ini diharapkan bisa memandu perubahan transformatif dalam kebijakan dan praktik keadilan iklim di Indonesia. Karena keadilan iklim adalah tanggung jawab bersama, IKa juga mendorong keterlibatan semua pemangku kepentingan di tengah masyarakat, termasuk juga kaum muda. Kamu bisa mendukung gerakan ini antara lain dengan:

  • Meningkatkan kesadaran tentang keadilan iklim di komunitasmu.
  • Mendukung inisiatif lokal yang berfokus pada keberlanjutan.
  • Mengadvokasi perubahan kebijakan yang mendukung keadilan iklim.

Yuk. Bersama-sama kita bisa menciptakan masa depan yang lebih adil, berkelanjutan, dan bermartabat untuk semua. Mari menjadi bagian dari gerakan ini dan tunjukkan bahwa perubahan itu mungkin!

Komunitas Muda Berdaya: Dari Aksi ke Transformasi

Indonesia saat ini sedang mendapatkan bonus sumber daya manusia usia muda atau disebut dengan istilah bonus demografi. Istilah ini mengacu pada kondisi di mana proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan penduduk non-produktif. Bonus demografi memberikan peluang besar bagi Orang Muda untuk berperan aktif dalam berbagai aspek pembangunan. Orang Muda adalah agen perubahan yang dapat membawa dampak signifikan melalui inovasi, kreativitas, dan semangat mereka. Peranan orang muda dianggap penting karena dengan langkah yang strategis yang diambil sejak saat ini akan bermanfaat bagi kehidupan orang muda saat ini dan generasi selanjutnya di masa mendata

Sebagai organisasi sumber daya bagi masyarakat sipil, Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) membawa visi mempromosikan kehidupan yang adil, bermartabat, dan sejahtera untuk semua, berlandaskan hak asasi manusia, demokrasi, dan kelestarian alam. Orang Muda adalah salah satu fokus perhatian dukungan IKa sejak tahun 2022. Bersama Asian Community Trust,  IKa mendorong inisiatif-inisiatif  baik dari komunitas orang muda sehingga dalam kurun waktu 2022-2024 berhasil mendukung  17 komunitas dalam bentuk hibah untuk Komunitas Muda Berdaya dan pengetahuan (capacity building). Komunitas-komunitas Muda ini bergerak dengan mengangkat isu-isu yang berakar pada konteks lokal masing-masing, sekaligus menjembatani keterkaitan yang kompleks antara berbagai isu, seperti lingkungan, HAM, kesetaraan gender, dan keadilan sosial. Sebagai bagian dari masyarakat sipil, komunitas muda memiliki peran strategis dalam pembangunan berkelanjutan berkat pengetahuan lokal yang mereka miliki.

Komunitas Muda Berdaya tersebar di seluruh lndonesia, mulai dari ujung Barat: Komunitas Kompak, (Batam) Forest is Our Friend (Tangerang Selatan), Balad Kawit (Bandung), Youthfel Indonesia (Sleman) Tanah Tumbuh (Yogyakarta), Narasi Perempuan Sekolah Ekofeminisme(Banjarmasin), Wajah Literasi (Kapuas Hulu), Himba alam nusantara (Barito Kuala), Satu Dalam Perbedaan /SADAP(Pontianak), Sekolah Pesisi Juang (Mataram), Sikola Bajalan (Wakatobi), Rumah Bacarita Sejarah (Seram), Mangente Forest Rover Mangente (Ambon), Bio Natural (Ambon) Sekolah Mimpi (Kepulauan Aru), Komunitas Peduli Papua (Sorong), Suara Grina (Jayapura).

Kesempatan mengimplementasikan kegiatan yang sudah direncanakan secara lebih baik, kesempatan berjejaring lebih luas untuk kelanjutan organisasi serta tertib administrasi menjadi poin yang paling banyak muncul saat tim IKa berdiskusi secara online bersama tujuh Komunitas Muda Berdaya pada awal tahun 2025. Rumah Bacarita Sejarah, Komunitas Muda Berdaya dari Kab. Seram, mengatakan bahwa kegiatan penghijauan dan edukasi ke sekolah-sekolah terkait kegiatan penanaman yang mereka lakukan menjadi lebih terstruktur, dapat menjangkau dan melibatkan lebih masyarakat terutama edukasi yang mereka lakukan tidak melulu berbasis text-book namun juga berdasarkan pengalaman. Sementara itu Sekolah Pesisi Juang dari Kota Mataram bercerita bahwa sejak mendapatkan hibah Komunitas Muda Berdaya secara internal meningkatkan kepercayaan diri untuk mencoba mengirimkan proposal hibah untuk kegiatan organisasi dan lebih berani berkompetisi guna mendapatkan hibah tersebut.

Pemanfaatan hibah berlangsung bukan tanpa tantangan. Wajah Literasi, Komunitas Muda Berdaya dari Kab. Kapuas Hulu, bercerita tentang pengelolaan sumber daya berbasis relawan dan memiliki profesi berbeda seperti dokter dan peneliti sehingga dalam perencanaan kegiatan dan penjadwalan membutuhkan proses yang panjang untuk mengakomodir kebutuhan dan jadwal yang sesuai. Narasi Perempuan, Komunitas Muda  Berdaya berbasis di Banjarmasin, bercerita mengalami tantangan terkait kehadiran peserta yang tidak konsistensi hadir selama rangkaian workshop ekosistem lahan gambut. Tantangan lain yang dihadapi oleh komunitas yang menggunakan pendekatan eko-feminisme dalam kegiatannya adalah  lebih terkait manajemen keuangan organisasi

Keberlanjutan adalah satu hal yang menjadi poin juga mengemuka pada diskusi online ini. Komunitas Muda Berdaya yang menggunakan teknologi AI dalam memantau hutan Mangrove, Mangente Forest dari Ambon, berbagi bahwa melalui kegiatan pemanfaatan Hibah Muda Berdaya membuka kesempatan berjejaring untuk keberlanjutan organisasi.  Pihak CSR dari salah satu BUMN  serta lembaga akademik lokal menjadi jejaring yang membuka peluang untuk keberlanjutan organisasi baik dari sisi pendanaan dan ketrampilan di bidang teknologi.  Sementara itu Sekolah Mimpi, Komunitas Muda Berdaya dari Kepulauan Aru, setelah melakukan kegiatan yang mengajarkan anak-anak sekolah untuk melindungi lautan mereka dan hidup dalam harmoni dengan lingkungan selama pemanfaatan hibah, kemudian berhasil menggandeng sekolah menengah yang berada di wilayah dampingannya untuk mengadopsi kegiatan tersebut menjadi bagian dari Masa Orientasi Sekolah (MOS) setiap memasuki tahun ajaran baru. Selain itu, Sekolah Mimpi juga melibatkan masyarakat setempat, termasuk di dalamnya merangkul orang tua sehingga dapat bersama-sama membangun lingkungan yang lebih inklusif.

Dinamika yang diperoleh Komunitas Muda Berdaya selama masa pemanfaatan hibah, menjadi sebuah pembelajaran berharga bahwa inisiatif dari komunitas lokal merupakan modal berharga dalam menemukan solusi bagi berbagai isu yang terjadi di komunitas masing-masing. Dukungan yang diberikan IKa dan ACT menjadi katalis dan membuka peluang Komunitas Muda Berdaya untuk dapat beraksi untuk membawa transformasi bagi lingkungan sekitar. Lebih jauh lagi, keberlanjutan menjadi satu hal mungkin bagi Komunitas Muda Berdaya.

Mengenal Desa Pedawa: Kolaborasi Adat, Budaya, dan Alam

Tahun 2025 agaknya menjadi tahun yang tepat bagi Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) untuk melakukan banyak eksperimentasi di setiap kegiatan dalam rangka 30 tahun berkiprah. Di bulan Maret ini, IKa memperkenalkan inisiatif baru dalam penyelenggaraan Festival Orang Muda. Festival yang biasanya diadakan di Jakarta kali ini dipindahkan sejauh 1.100 km ke Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. Menggandeng jaringan Yayasan Wisnu dan Komunitas Kayoman, festival ini berhasil melibatkan banyak orang muda serta kelompok dan komunitas lain yang memiliki visi serupa. Desa Pedawa sebagai lokasi festival merupakan salah satu desa adat tertua di Bali, yang letaknya berada pada 650 meter di atas permukaan laut. Menurut Bli Wayan, Ketua Komunitas Kayoman, desa ini memiliki bahasa yang unik dan berbeda dari dialek Bali pada umumnya, sehingga hanya masyarakat Pedawa yang bisa memahaminya.

Selain keunikan budaya dan tradisi, Desa Pedawa juga dikenal dengan mitos yang beredar di masyarakat kota. Bli Wayan Sukarta, selaku tetua adat Desa Pedawa, menceritakan bahwa banyak orang menganggap desa ini mistis dan menyeramkan. Letaknya yang jauh dari perkotaan dengan lika-liku perjalanan untuk bisa sampai kesana, membuat mitos tersebut kian santer di kalangan masyarakat awam Bali. Bahkan, seorang mahasiswa KKN bercerita bahwa temannya sempat bertanya, “Apa kamu tidak takut KKN di Desa Pedawa? Nanti nggak bisa pulang, lho!”.

Terlepas dari mitos-mitos tidak nyata itu, Desa Pedawa sebagai desa adat memiliki keswadayaan dengan mengandalkan iuran adat dari warga yang dikenal sebagai Krama Adat, seperti dalam pembangunan Pura. Keswadayaan ini tercermin dalam sistem sosial yang mengedepankan otoritas pengelolaan desa secara tradisional dengan prinsip ‘tata lilungguh‘, yakni prinsip yang menekankan pentingnya perilaku yang selaras dengan aturan adat untuk mencapai keharmonisan dan keseimbangan. Namun, prinsip tersebut bukan berarti bahwa Desa Pedawa tidak  berpaku terhadap peraturan negara, Desa Pedawa sebagai desa dinas juga menjalankan tata kelola yang diharuskan oleh NKRI.

Desa Pedawa merupakan desa yang mempunyai banyak sumber daya yang dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakatnya. Salah satunya adalah pemanfaatan air dalam kehidupan sehari-hari yang sejalan dengan tema Festival Orang Muda Berdaya tahun ini. Hasil kajian dari Sekolah Adat Manik Empul memperlihatkan keberadaan 33 jenis air yang dimiliki oleh Desa Pedawa dan masing-masing memiliki kegunaannya tersendiri. Oleh karena itu, air memiliki peranan mendasar dalam kebutuhan ritual keagamaan yang merepresentasikan manusia dan alam. Sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui, seringkali kita lupa bahwa suatu hari air yang kita anggap tak terbatas bisa saja habis jika tidak ada yang menjaga.

Pemuda Komunitas Kayoman (Sumber: Dokumentasi IKa, 2025)

Atas dasar keberlangsungan hidup bagi anak cucu, orang-orang muda yang mewarisi konsep Gama Tirta dalam tradisi Bali Aga, memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga sumber air yang sangat penting bagi spiritualitas dan kehidupan mereka. Konsep pelestarian air yang tidak hanya berfokus pada satu titik, tetapi melibatkan kawasan dari hulu (Catur Desa) hingga hilir (Panca Desa Bali Aga), memberi kesempatan bagi pemuda untuk berinteraksi dan berdiskusi dalam acara “rembug”. Acara ini bertujuan memperkuat kerjasama antar desa dan memperkokoh semangat konservasi air di kalangan generasi muda.

Call for Proposal Pundi Hijau

Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) membuka kesempatan pengajuan Hibah Pundi Hijau bagi komunitas/organisasi untuk mendukung gerakan masyarakat di akar rumput di Indonesia yang berupaya mewujudkan keadilan iklim.

Untuk itu, kami mengundang komunitas/organisasi untuk mengajukan proposal Hibah Pundi Hijau di tahun 2025 dengan dana hibah maksimal sebesar Rp 30.000.000, – (Tiga Puluh Juta Rupiah). Dana hibah ini dapat digunakan untuk mendanai kerja-kerja perubahan iklim dalam konteks kedaulatan pangan air dan energi.

Kriteria Penerima Hibah Pundi Hijau:

1. Organisasi/kelompok/komunitas masyarakat lokal.

2. Memiliki rekam jejak sebagai organisasi/kelompok/komunitas masyarakat lokal yang berkecimpung pada isu perubahan iklim minimal 3 (tiga) tahun dan melibatkan perempuan serta orang muda dalam program kegiatannya.

3. Proposal yang diusulkan fokus pada isu ketahanan pangan, air dan energi.

4. Memiliki sistem kerja yang menjamin adanya akuntabilitas, dan kemampuan dalam menyusun laporan kegiatan dan keuangan dengan baik.

5. Menyertakan 2 (dua) nama referensi beserta kontak yang dapat dihubungi dalam proposal.

6. Bersedia menggunakan aplikasi INCLINE dalam kegiatannya dan secara rutin melakukan pembaharuan (update) data.

Mekanisme Pelaksanaan Penyaluran Hibah Pundi Hijau:

1. Organisasi/kelompok/komunitas masyarakat lokal mengajukan proposal melalui tautan berikut https://s.id/HibahPH2025

2. Organisasi/kelompok/komunitas masyarakat lokal dapat mengajukan proposal narasi dan anggaran untuk kegiatan selama 6 bulan untuk periode 1 Maret 2025 – 31 Agustus 2025.

3. Proposal akan diseleksi oleh tim pengarah Pundi Hijau dan Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa).

4. Pengumuman penerima Hibah Pundi Hijau akan disampaikan akhir Februari 2025 melalui media sosial Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa), dan penerima akan mendapatkan konfirmasi via email.

5. Batas pengajuan proposal hibah Pundi Hijau: 17 Februari 2025.

Proposal yang masuk akan diseleksi oleh tim pengarah Pundi Hijau dan Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa).

*Klik link di bawah ini untuk pengisian proposal naratif dan template anggaran secara online:

Kolaborasi bersama Menjaga Indonesia melalui INCLINE

Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) sebagai organisasi sumberdaya masyarakat sipil (OSMS) mengidentifikasi perlunya kolaborasi dalam mengatasi dampak perubahan iklim yang menimbulkan ketidakadilan. Salah satu bentuk dari kolaborasi ini adalah dibentuknya jaringan INCLINE (Indonesian Climate Justice Network) atau #JAGAINIklim (Jaringan Gerakan Indonesia untuk Keadilan Iklim),  yang bersama-sama bermaksud memperjuangan keadilan iklim bagi masyarakat terutama mereka yang menjadi korban dan paling rentan terdampak perubahan iklim. IKa menempatkan kolaborasi jaringan ini sebagai bagian dari Pundi Hijau yang merupakan salah satu dari 4 Pundi IKa, selain dari Pundi Insani, Pundi Perempuan dan Pundi Budaya. Sejak 2023, Pundi HIjau IKa memperoleh dukungan dari ClimateWorks Foundation melalui program JEDI. 

Salah satu sarana untuk menangkap isu perubahan iklim dan dampaknya pada keadilan, IKa mengembangkan sebuah aplikasi yang bernama INCLINE. Aplikasi ini berbasis android dan berfungsi membangun data  indikator keterpaparan, sensitivitas dan kapasitas adaptif komunitas terhadap dampak dari krisis iklim. Keluaran dari aplikasi merupakan laporan hasil analisis data bagi kepentingan pengguna yang dapat digunakan untuk melakukan rencana atau kegiatan mitigasi, adaptasi maupun pembuatan kebijakan yang tepat sasaran terkait dampak perubahan iklim.

Pada tanggal 25-29 September 2024, IKa mengadakan pertemuan mitra pemrakarsa yang  merupakan komunitas penerima hibah Pundi Hijau periode ke dua. Pertemuan ini dilakukan  untuk melatih penggunaan INCLINE dan membekali komunitas dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi krisis iklim, khususnya di tingkat lokal. Dengan menggunakan aplikasi INCLINE, peserta dipandu untuk melakukan input data yang mengidentifikasi keterpaparan, sensitivitas, dan kapasitas adaptif masyarakat terhadap perubahan iklim untuk mendukung desain program-program mitigasi yang lebih efektif dan tepat sasaran.

Workshop ini dilaksanakan di Ajar Learning Center, Kampung Damai, Badung, Bali.  Lokakarya aplikasi INCLINE ini melibatkan penerima hibah Pundi Hijau 2024, yaitu berbagai komunitas yang berfokus pada isu lingkungan dan keadilan iklim:

  1. Yayasan Wangsakerta (Cirebon, Jawa Barat)
  2. LSM Pelita Harapan Lembata (NTT)  
  3. Jumpun Pambelom (Kalimantan Tengah)  
  4. Gajahlah Kebersihan (Lampung)
  5. PAPHA Indonesia (Kabupaten Sikka, NTT)  
  6. RUBEK PASI (Aceh Singkil, Aceh)  
  7. Yayasan Bendega Alam Lestari (Denpasar, Bali)  
  8. Yayasan Abdi Papua Mandiri (Sorong, Papua Barat Daya)

Melalui workshop ini, diharapkan para peserta dapat membawa pulang pengetahuan praktis yang dapat diterapkan di komunitas mereka masing-masing. 

“Pelatihan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan saya secara pribadi dan juga lembaga dalam menggunakan INCLINE apps sebagai tools untuk melihat sejauh mana tingkat kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim di wilayah kami”, Maria Mervina, Yayasan Pelita Harapan.

Keterampilan yang diperoleh diharapkan dapat memperkuat ketahanan lokal terhadap perubahan iklim dan memastikan bahwa langkah-langkah adaptasi dilakukan dengan cara yang adil dan sesuai dengan kebutuhan spesifik tiap daerah.

“… INCLINE (merupakan) suatu aplikasi yang sangat membantu mencari data dan untuk menganalisis, apalagi untuk daerah yang kekurangan data, dimana mereka rentan bencana.”, Billy Christianto dari Jumpun Pambelom.

Sebagai tindak lanjut pelatihan, salah satu peserta, Efraim Kambu dari Yayasan Abdi Papua Mandiri mengharapkan basis data yang didapat bisa digunakan untuk mengadvokasi pemerintah lokal untuk menjaga iklim dengan lebih baik lagi.

Integrasi Islam dan Ekologi: Inovasi Kurikulum Green Islam di Pesantren Ath Thaariq

“Kami percaya bahwa menjaga alam adalah bagian dari tanggung jawab spiritual kita sebagai umat Islam. Dengan pemikiran itulah, kami merancang kurikulum berbasis Green Islam untuk mendidik santri dan masyarakat luas tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam sesuai dengan ajaran Islam,” ujar Nisya Saadah, pendiri Pesantren Ekologi  Ath-Thaariq Garut pada Jumat, 2 Agustus 2024, melalui pertemuan online bersama Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa).

Nisya Saadah, atau yang akrab disapa teh Nisya menyampaikan bahwa kurikulum ini tidak hanya fokus pada pendidikan agama, tetapi juga pada bagaimana ajaran Islam dapat diterapkan dalam konteks perlindungan lingkungan dan bertujuan untuk mengintegrasikan ajaran Islam dengan prinsip-prinsip ekologi, agroekologi, ekofeminisme serta menegaskan peran penting pesantren dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan memperkuat hubungan manusia dengan alam berdasarkan nilai-nilai keislaman. Atau dengan kata lain kurikulum ini menjadi bagian dari upaya untuk menjadi rahmatan lil alamin, atau rahmat bagi seluruh alam.

Melalui integrasi tiga komponen utama, yaitu Kurikulum Agama Islam sebagai Agama Semesta, Kurikulum Ekologi, dan Kurikulum Ekofeminis, Teh Nisya mengajarkan para santri di Pesantren Ath-Thaariq untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam menjaga lingkungan, seperti konsep Tauhid, Khalifah (wakil di muka bumi), dan Fitrah (kesucian).

Sejak 2008, Pesantren Ath-Thaariq telah dikenal sebagai pelopor dalam pendidikan berbasis ekologi di Indonesia. Pesantren ini mengajarkan santri untuk bertani, mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan, dan memperkuat hubungan antara manusia dan alam sebagai bagian dari ibadah mereka.

“Kami berharap kurikulum ini tidak hanya bermanfaat bagi santri di pesantren, tetapi juga dapat diimplementasikan oleh masyarakat luas yang peduli terhadap lingkungan,” tambah Nisya.

Kurikulum Green Islam  sendiri merupakan gagasan  teh Nisya bersama Salwa Khanza (putrinya) dan Tarmizi, Ketua Ekologi Indonesia sejak 15 September hingga 24 November 2023. Hal yang membedakan kurikulum Green Islam yang disusun teh Nisya dan tim terletak pada Kurikulum Ekofeminis yang disampaikan. Hal ini karena kerap kali Green Islam hanya dipandang sebagai kepanjangan Fiqih Lingkungan. Padahal lingkup Green Islam lebih luas karena mengartikulasikan nilai-nilai dan elemen dalam Islam, di antaranya Tauhid, Fiqih Lingkungan, Akhlak Lingkungan, Kesetaraan, Amanah, Keadilan, Amal Sholeh, dsb. 

Dasar dari penulisan kurikulum ini sendiri berdasarkan Al-Qur’an, Hadits, dan pendapat ulama. Kurikulum berbasis epistemologi ini dapat dikatakan sebagai pengantar karena masih ada beberapa pembahasan lebih jauh. Meski demikian, kurikulum ini sangat penting dipelajari baik dari kalangan santri, mahasiswa, umum, hingga konsultan Pembangunan karena menggunakan pendekatan Islam yang holistik dan universal. Pesantren At-Thariq adalah salah satu mitra Pundi Hijau Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) tahun 2023 yang  mendapat dukungan dari ClimateWorks Foundation.

Pengumuman Hibah Pundi Hijau Tahun 2024

Halo Sahabat IKa,

Terima kasih kepada mitra lembaga/organisasi yang telah mengirimkan proposal Hibah Pundi Hijau Termin I tahun 2024. Dari 112 proposal yang diterima, Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) bersama tim pengarah telah memilih 10 penerima dana Hibah Pundi Hijau.

Selamat kepada:

  1. LSM Pelita Harapan Lembata Lembata – NTT
  2. Yayasan Bendega Alam Lestari Denpasar – Bali
  3. Jumpun Pambelom Palangka Raya – Kalimantan Tengah
  4. Obor Timor Ministry Kupang – NTT
  5. Yayasan Abdi Papua Mandiri Sorong – Papua Barat Daya
  6. RUBEK PASI (Rumah Besar Komunitas Pegiat Alam dan Restorasi) Aceh Singkil – Aceh
  7. Gajahlah Kebersihan (Yayasan Inovasi Sosial Berkelanjutan) Teluk Betung Timur – Bandar Lampung
  8. Yayasan Wangsakerta Cirebon – Jawa Barat
  9. Payung Perjuangan Humanis Indonesia (PAPHA Indonesia) Sikka – NTT
  10. Forum Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Sumbawa – NTB

Komunitas yang terpilih, akan memperoleh dana hibah sebesar Rp 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah).

Bagi lembaga/komunitas yang belum terpilih, silakan ajukan proposal pada periode selanjutnya.

Salam solidaritas!

Call for Proposal Hibah Pundi Hijau Tahun 2024

Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) membuka kesempatan pengajuan Hibah Pundi Hijau bagi komunitas/organisasi untuk mendukung gerakan masyarakat di akar rumput di Indonesia yang berupaya mewujudkan keadilan iklim.

Untuk itu, kami mengundang komunitas/organisasi untuk mengajukan proposal Hibah Pundi Hijau di tahun 2024 dengan dana hibah maksimal sebesar Rp 30.000.000, – (Tiga Puluh Juta Rupiah). Dana hibah ini dapat digunakan untuk mendanai kerja-kerja perubahan iklim dalam konteks kedaulatan pangan dan inisiatif kesehatan berakar pada kearifan lokal.

Kriteria Penerima Dana Hibah Pundi Hijau: 

  1. Komunitas/organisasi masyarakat lokal dan organisasi berbasis masyarakat.
  2. Tidak sedang menerima dana bantuan program baik dari pemerintah maupun lembaga donor lainnya.
  3. Memiliki sistem kerja yang menjamin adanya akuntabilitas, dan diharapkan dapat menunjukkan kemampuan dalam menyusun laporan kegiatan dan keuangan dengan baik.
  4. Proposal yang diusulkan harus selaras dengan prinsip-prinsip keadilan iklim, mengatasi dampak perubahan iklim dalam konteks kedaulatan pangan dan inisiatif kesehatan yang berakar pada kearifan lokal, dan mengadvokasi solusi yang adil.
  5. Menyertakan dua nama referensi beserta kontak yang dapat dihubungi dalam proposal.

Mekanisme Pelaksanaan Penyaluran Hibah Pundi Hijau:

  1. Komunitas/organisasi mengajukan proposal melalui tautan berikut https://s.id/hibahPH2024
  2. Komunitas/organisasi dapat mengajukan proposal narasi dan anggaran untuk kegiatan selama 12 bulan untuk periode Februari 2024 – Januari 2025.
  3. Batas pengajuan proposal hibah Pundi Hijau adalah tanggal 31 Januari 2024.
  4. Proposal akan diseleksi oleh tim pengarah Pundi Hijau dan Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa)
  5. Pengumuman penerima hibah Pundi Hijau akan dilakukan pada bulan Februari 2024 di media sosial Indonesia untuk Kemanusiaan dan penerima hibah akan menerima email konfirmasi.
  6. Komunitas/organisasi terpilih bersedia mengirimkan cerita-cerita lapangan, laporan narasi kegiatan dan keuangan, beserta informasi pendukung lainnya.

Siapkan Kelengkapan Dokumen Pendukung untuk Diunggah Secara Online Meliputi:

  1. Foto/scan struktur komunitas/organisasi.
  2. Foto/scan rekening bank atas nama lembaga atau rekening tabungan dengan dua nama orang yang berasa dalam struktur lembaga/komunitas.
  3. Foto/scan identitas (KTP) Ketua dan Bendahara.
  4. Unggah proposal anggaran kegiatan sesuai dengan template yang diberikan.

Proposal yang masuk akan diseleksi oleh tim pengarah Pundi Hijau dan Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa).

*Klik link di bawah ini untuk pengisian proposal naratif dan template anggaran secara on-line:

Lowongan Kerja (Staf Pelaksana Program – Pundi Hijau)

Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

  1. Melakukan identifikasi pola-pola penggalangan dana, pengetahuan , kerelawanan dan jaringan sosial untuk  pengembangan sumber daya Pundi Hijau
  2. Menyiapkan rencana kerja operasional (work plan) dan anggaran kegiatan atau program di lingkup Pundi Hijau dengan capaian target penggalangan daya. 
  3. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan atau program Pundi Hijau sesuai ketentuan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan-tujuan strategis IKa sesuai visi dan misi IKa.
  4. Memberikan pelayanan, asistensi, dan penguatan kapasitas kepada organisasi mitra dalam bidang penggalangan dan pengelolaan sumber daya sesuai yang mereka butuhkan.
  5. Mengembangkan kerja sama dan kemitraan dengan berbagai pihak dalam rangka penggalangan sumber daya sesuai model kerja IKa (komunitas pemberdaya).
  6. Mengkoordinasikan tercapainya kegiatan pemantauan dan evaluasi atas program/kegiatan Pundi HIjau untuk memastikan adanya pembelajaran yang transformatif dan berkelanjutan.
  7. Mengedepankan kerja tim (teamwork) di dalam divisi pengembangan sumber daya dan lintas divisi di dalam lembaga IKa.
  8. Menyusun laporan-laporan kegiatan/program yang menjadi lingkup tugas dan tanggung jawab program/kegiatan Pundi Hijau bagi pengembangan dan pembelajaran yang berkelanjutan.

Kualifikasi:

  1. Lulus S1 dengan pengalaman bekerja  di LSM minimal 3 tahun
  2. Memiliki wawasan dan pengetahuan mengenai lingkungan hidup, utamanya perubahan iklim.
  3. Memiliki pemahaman manajemen organisasi dan manajemen program
  4. Memiliki pengalaman dalam menjalankan program di LSM.
  5. Lancar menggunakan program Microsoft office (Ms. Word, Ms. Excell, dan lainnya) dan aplikasi kerja online (Zoom, Teams, dll.).
  6. Memiliki ketekunan, kedisiplinan, tanggung jawab dan loyalitas dalam menyelesaikan tugas.
  7. Memiliki kepedulian dan wawasan ke-LSM-an serta transformasi sosial.
  8. Memiliki kemampuan berkomunikasi, motivasi dan persuasi kepada orang lain yang berhubungan dengan bidang tugasnya.
  9. Fasih berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
  10. Memiliki pengalaman bekerja dalam tim dengan beragam karakter.

Bagi calon pelamar yang berminat, silakan kirim surat lamaran, CV termasuk referensi (minimal 2 orang) dan gaji yang diharapkan  ke email: sekretariat@indonesiauntukkemanusiaan.org, paling lambat tanggal 31 Agustus 2023.

Hanya pelamar yang memenuhi kualifikasi yang akan dihubungi.

Merespon Krisis Iklim: FORA mendukung Pundi Hijau IKa

Penulis: Deva Yohana, FORA

Dalam rangka mengajak orang muda untuk lebih memahami tentang krisis iklim, Forum Orang Muda untuk Kemanusiaan (FORA) mengadakan acara diskusi dan nonton bareng film Climate Witness yang bertajuk “Cerita Inspirasi dari NTT untuk Orang Muda” pada Kamis (16/03) pukul 13.00 WIB yang bertempat di Kekini CoWorking Space, Jakarta Pusat. Kegiatan ini didukung oleh Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa).

Krisis iklim merupakan isu yang sangat mendesak yang menuntut untuk segera ditangani. Hal ini disebabkan perubahan iklim yang terjadi dapat mempengaruhi banyak hal, seperti kesehatan, lingkungan, hingga kelangsungan hidup manusia di masa depan. Oleh karena itu, diperlukan peran orang muda, sebagai pewaris planet ini, dalam menangani masalah tersebut.

Untuk menyemarakkan acara diskusi, FORA  turut mengundang tiga narasumber yang bergerak di isu lingkungan, yakni Eulis Utami dari Hutan Itu Indonesia, Arya Pramuditha dari Extinction Rebellion Indonesia, dan Rivani yang merupakan perwakilan dari Koprol Iklim serta dipandu oleh Alva Maldini selaku koordinator FORA.

Acara ini diawali dengan nonton bareng film Climate Witness yang terbagi menjadi empat potongan film dengan masing-masing membawa solusi isu iklim yang berbeda. Kemudian, dilanjutkan dengan perkenalan komunitas FORA dan kegiatan fundraising Pundi Hijau, salah satu program pemberdayaan dari IKa.

“Pundi Hijau bergerak dengan mengembangkan komunitas pemberdaya sebagai ekosistem pendukung. Pundi Hijau juga mengembangkan ketahanan pangan lokal berbasis komunitas yang terkena dampak kebencanaan,” terang Alva Maldini, Koordinator FORA sekaligus moderator acara, menjelaskan program Pundi Hijau kepada para peserta dan mengajak mereka untuk melakukan donasi sebagai bagian dari kepedulian terhadap lingkungan.

Selanjutnya adalah sesi diskusi dan sesi tanya jawab dengan peserta. Tak ketinggalan, acara tersebut juga diselingi dengan sesi perkenalan masing-masing komunitas, baik yang dibawa oleh narasumber maupun peserta diskusi.

Sekilas tentang Climate Witness

Climate Witness merupakan film dokumenter yang menceritakan tentang empat tokoh inspiratif dari Nusa Tenggara Timur yang telah melakukan berbagai inisiatif aksi iklim, mulai dari pengelolaan hutan mangrove, pendampingan warga pesisir terdampak, kearifan lokal masyarakat adat hingga keterlibatan anak muda dalam memberikan edukasi di lingkungan sekitarnya.

“Banyak inisiatif dari orang NTT dalam melakukan aksi iklim yang kurang dipublikasikan,” jelas Eulis Utami, perwakilan dari Hutan Itu Indonesia, saat ditanya alasan memilih orang NTT sebagai tokoh utama dalam film ini. “Yang mereka lakukan sudah berkontribusi untuk global,” tambahnya.

Film yang berdurasi 60 menit ini diharapkan bisa menghadirkan inspirasi positif kepada publik dan menjadi pembelajaran bagi daerah-daerah lain di Indonesia untuk mulai melakukan aksi yang bisa menghadirkan dampak positif terhadap iklim.

“Dari film ini kita bisa belajar bahwa masyarakat lokal malah bisa menjadi contoh bagi masyarakat transnasional,” komentar Arya Pramuditha, narasumber dari Extinction Rebellion Indonesia.

Apa yang Bisa Orang Muda Pelajari?

Film ini memberikan pelajaran kepada orang muda bahwa krisis iklim benar-benar sedang terjadi dan perubahan iklim itu nyata adanya, bahkan sampai dirasakan oleh orang-orang yang tinggal di daerah kecil yang notabene jauh dari hiruk pikuk kehidupan di perkotaan.

Pelajaran selanjutnya adalah bahwa untuk menangani krisis iklim sebenarnya bisa dimulai dengan melakukan langkah-langkah kecil yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dengan menanam pohon, sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat pesisir NTT yang berinisiatif untuk mengembangkan dan melestarikan hutan mangrove.

Selain itu, pendidikan merupakan senjata utama yang bertujuan, selain menambah pengetahuan bagi manusia, juga bisa menjadi jembatan dalam menyatukan gap yang terjadi antar generasi yang berbeda, generasi muda dan generasi tua.

“Dari pendidikan bisa bersinergi antara satu sama lain, antar generasi tanpa adanya intervensi,” tutur Rivani dari Koprol Iklim.

Adapun gambaran mengenai peran pendidikan dalam menangani krisis iklim bisa kita saksikan dalam film ini melalui kisah perjuangan Selia saat mendirikan dan menggerakkan Cahaya Anak Sumba, wadah yang menjadi pusat kegiatan belajar holistik bagi masyarakat Sumba, terutama anak-anak dan orang muda.

Terakhir, acara yang berlangsung kurang lebih dua jam ini menjadi ajang berkenalan dan bertukar perspektif antar sesama orang muda. Mereka memperkenalkan diri dan komunitasnya serta menceritakan pengalaman terkait hal kecil yang sudah mereka praktikkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga lingkungan dan menangani krisis iklim.

“Semoga ke depannya FORA bisa menjadi wadah diskusi bagi orang muda terkait berbagai isu dan dari diskusi tersebut bisa menciptakan solusi dan aksi nyata,” tutup Alva Maldini menandai berakhirnya acara nobar dan diskusi.

Selalu dapatkan kabar terbaru dari kami!