Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) membuka kesempatan pengajuan Hibah Pundi Hijau bagi komunitas/organisasi untuk mendukung gerakan masyarakat di akar rumput di Indonesia yang berupaya mewujudkan keadilan iklim.
Untuk itu, kami mengundang komunitas/organisasi untuk mengajukan proposal Hibah Pundi Hijau di tahun 2025 dengan dana hibah maksimal sebesar Rp 30.000.000, – (Tiga Puluh Juta Rupiah). Dana hibah ini dapat digunakan untuk mendanai kerja-kerja perubahan iklim dalam konteks kedaulatan pangan air dan energi.
Kriteria Penerima HibahPundi Hijau:
1. Organisasi/kelompok/komunitas masyarakat lokal.
2. Memiliki rekam jejak sebagai organisasi/kelompok/komunitas masyarakat lokal yang berkecimpung pada isu perubahan iklim minimal 3 (tiga) tahun dan melibatkan perempuan serta orang muda dalam program kegiatannya.
3. Proposal yang diusulkan fokus pada isu ketahanan pangan, air dan energi.
4. Memiliki sistem kerja yang menjamin adanya akuntabilitas, dan kemampuan dalam menyusun laporan kegiatan dan keuangan dengan baik.
5. Menyertakan 2 (dua) nama referensi beserta kontak yang dapat dihubungi dalam proposal.
6. Bersedia menggunakan aplikasi INCLINE dalam kegiatannya dan secara rutin melakukan pembaharuan (update) data.
1. Organisasi/kelompok/komunitas masyarakat lokal mengajukan proposal melalui tautan berikut https://s.id/HibahPH2025
2. Organisasi/kelompok/komunitas masyarakat lokal dapat mengajukan proposal narasi dan anggaran untuk kegiatan selama 6 bulan untuk periode 1 Maret 2025 – 31 Agustus 2025.
3. Proposal akan diseleksi oleh tim pengarah Pundi Hijau dan Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa).
4. Pengumuman penerima Hibah Pundi Hijau akan disampaikan akhir Februari 2025 melalui media sosial Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa), dan penerima akan mendapatkan konfirmasi via email.
5. Batas pengajuan proposal hibah Pundi Hijau: 17 Februari 2025.
Proposal yang masuk akan diseleksi oleh tim pengarah Pundi Hijau dan Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa).
*Klik link di bawah ini untuk pengisian proposal naratif dan template anggaran secara online:
Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) sebagai organisasi sumberdaya masyarakat sipil (OSMS) mengidentifikasi perlunya kolaborasi dalam mengatasi dampak perubahan iklim yang menimbulkan ketidakadilan. Salah satu bentuk dari kolaborasi ini adalah dibentuknya jaringan INCLINE (Indonesian Climate Justice Network) atau #JAGAINIklim (Jaringan Gerakan Indonesia untuk Keadilan Iklim), yang bersama-sama bermaksud memperjuangan keadilan iklim bagi masyarakat terutama mereka yang menjadi korban dan paling rentan terdampak perubahan iklim. IKa menempatkan kolaborasi jaringan ini sebagai bagian dari Pundi Hijau yang merupakan salah satu dari 4 Pundi IKa, selain dari Pundi Insani, Pundi Perempuan dan Pundi Budaya. Sejak 2023, Pundi HIjau IKa memperoleh dukungan dari ClimateWorks Foundation melalui program JEDI.
Salah satu sarana untuk menangkap isu perubahan iklim dan dampaknya pada keadilan, IKa mengembangkan sebuah aplikasi yang bernama INCLINE. Aplikasi iniberbasis android dan berfungsi membangun data indikator keterpaparan, sensitivitas dan kapasitas adaptif komunitas terhadap dampak dari krisis iklim. Keluaran dari aplikasi merupakan laporan hasil analisis data bagi kepentingan pengguna yang dapat digunakan untuk melakukan rencana atau kegiatan mitigasi, adaptasi maupun pembuatan kebijakan yang tepat sasaran terkait dampak perubahan iklim.
Pada tanggal 25-29 September 2024, IKa mengadakan pertemuan mitra pemrakarsa yang merupakan komunitas penerima hibah Pundi Hijau periode ke dua. Pertemuan ini dilakukan untuk melatih penggunaan INCLINE dan membekali komunitas dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi krisis iklim, khususnya di tingkat lokal. Dengan menggunakan aplikasi INCLINE, peserta dipandu untuk melakukan input data yang mengidentifikasi keterpaparan, sensitivitas, dan kapasitas adaptif masyarakat terhadap perubahan iklim untuk mendukung desain program-program mitigasi yang lebih efektif dan tepat sasaran.
Workshop ini dilaksanakan di Ajar Learning Center, Kampung Damai, Badung, Bali. Lokakarya aplikasi INCLINE ini melibatkan penerima hibah Pundi Hijau 2024, yaitu berbagai komunitas yang berfokus pada isu lingkungan dan keadilan iklim:
Yayasan Wangsakerta (Cirebon, Jawa Barat)
LSM Pelita Harapan Lembata (NTT)
Jumpun Pambelom (Kalimantan Tengah)
Gajahlah Kebersihan (Lampung)
PAPHA Indonesia (Kabupaten Sikka, NTT)
RUBEK PASI (Aceh Singkil, Aceh)
Yayasan Bendega Alam Lestari (Denpasar, Bali)
Yayasan Abdi Papua Mandiri (Sorong, Papua Barat Daya)
Melalui workshop ini, diharapkan para peserta dapat membawa pulang pengetahuan praktis yang dapat diterapkan di komunitas mereka masing-masing.
“Pelatihan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan saya secara pribadi dan juga lembaga dalam menggunakan INCLINE apps sebagai tools untuk melihat sejauh mana tingkat kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim di wilayah kami”, Maria Mervina, Yayasan Pelita Harapan.
Keterampilan yang diperoleh diharapkan dapat memperkuat ketahanan lokal terhadap perubahan iklim dan memastikan bahwa langkah-langkah adaptasi dilakukan dengan cara yang adil dan sesuai dengan kebutuhan spesifik tiap daerah.
“… INCLINE (merupakan) suatu aplikasi yang sangat membantu mencari data dan untuk menganalisis, apalagi untuk daerah yang kekurangan data, dimana mereka rentan bencana.”, Billy Christianto dari Jumpun Pambelom.
Sebagai tindak lanjut pelatihan, salah satu peserta, Efraim Kambu dari Yayasan Abdi Papua Mandiri mengharapkan basis data yang didapat bisa digunakan untuk mengadvokasi pemerintah lokal untuk menjaga iklim dengan lebih baik lagi.
“Kami percaya bahwa menjaga alam adalah bagian dari tanggung jawab spiritual kita sebagai umat Islam. Dengan pemikiran itulah, kami merancang kurikulum berbasis Green Islam untuk mendidik santri dan masyarakat luas tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam sesuai dengan ajaran Islam,” ujar Nisya Saadah, pendiri Pesantren Ekologi Ath-Thaariq Garut pada Jumat, 2 Agustus 2024, melalui pertemuan online bersama Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa).
Nisya Saadah, atau yang akrab disapa teh Nisya menyampaikan bahwa kurikulum ini tidak hanya fokus pada pendidikan agama, tetapi juga pada bagaimana ajaran Islam dapat diterapkan dalam konteks perlindungan lingkungan dan bertujuan untuk mengintegrasikan ajaran Islam dengan prinsip-prinsip ekologi, agroekologi, ekofeminisme serta menegaskan peran penting pesantren dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan memperkuat hubungan manusia dengan alam berdasarkan nilai-nilai keislaman. Atau dengan kata lain kurikulum ini menjadi bagian dari upaya untuk menjadi rahmatan lil alamin, atau rahmat bagi seluruh alam.
Melalui integrasi tiga komponen utama, yaitu Kurikulum Agama Islam sebagai Agama Semesta, Kurikulum Ekologi, dan Kurikulum Ekofeminis, Teh Nisya mengajarkan para santri di Pesantren Ath-Thaariq untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam menjaga lingkungan, seperti konsep Tauhid, Khalifah (wakil di muka bumi), dan Fitrah (kesucian).
Sejak 2008, Pesantren Ath-Thaariq telah dikenal sebagai pelopor dalam pendidikan berbasis ekologi di Indonesia. Pesantren ini mengajarkan santri untuk bertani, mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan, dan memperkuat hubungan antara manusia dan alam sebagai bagian dari ibadah mereka.
“Kami berharap kurikulum ini tidak hanya bermanfaat bagi santri di pesantren, tetapi juga dapat diimplementasikan oleh masyarakat luas yang peduli terhadap lingkungan,” tambah Nisya.
Kurikulum Green Islam sendiri merupakan gagasan teh Nisya bersama Salwa Khanza (putrinya) dan Tarmizi, Ketua Ekologi Indonesia sejak 15 September hingga 24 November 2023. Hal yang membedakan kurikulum Green Islam yang disusun teh Nisya dan tim terletak pada Kurikulum Ekofeminis yang disampaikan. Hal ini karena kerap kali Green Islam hanya dipandang sebagai kepanjangan Fiqih Lingkungan. Padahal lingkup Green Islam lebih luas karena mengartikulasikan nilai-nilai dan elemen dalam Islam, di antaranya Tauhid, Fiqih Lingkungan, Akhlak Lingkungan, Kesetaraan, Amanah, Keadilan, Amal Sholeh, dsb.
Dasar dari penulisan kurikulum ini sendiri berdasarkan Al-Qur’an, Hadits, dan pendapat ulama. Kurikulum berbasis epistemologi ini dapat dikatakan sebagai pengantar karena masih ada beberapa pembahasan lebih jauh. Meski demikian, kurikulum ini sangat penting dipelajari baik dari kalangan santri, mahasiswa, umum, hingga konsultan Pembangunan karena menggunakan pendekatan Islam yang holistik dan universal. Pesantren At-Thariq adalah salah satu mitra Pundi Hijau Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) tahun 2023 yang mendapat dukungan dari ClimateWorks Foundation.
Terima kasih kepada mitra lembaga/organisasi yang telah mengirimkan proposal Hibah Pundi Hijau Termin I tahun 2024. Dari 112 proposal yang diterima, Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) bersama tim pengarah telah memilih 10 penerima dana Hibah Pundi Hijau.
Selamat kepada:
LSM Pelita Harapan Lembata Lembata – NTT
Yayasan Bendega Alam Lestari Denpasar – Bali
Jumpun Pambelom Palangka Raya – Kalimantan Tengah
Obor Timor Ministry Kupang – NTT
Yayasan Abdi Papua Mandiri Sorong – Papua Barat Daya
RUBEK PASI (Rumah Besar Komunitas Pegiat Alam dan Restorasi) Aceh Singkil – Aceh
Gajahlah Kebersihan (Yayasan Inovasi Sosial Berkelanjutan) Teluk Betung Timur – Bandar Lampung
Yayasan Wangsakerta Cirebon – Jawa Barat
Payung Perjuangan Humanis Indonesia (PAPHA Indonesia) Sikka – NTT
Forum Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Sumbawa – NTB
Komunitas yang terpilih, akan memperoleh dana hibah sebesar Rp 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah).
Bagi lembaga/komunitas yang belum terpilih, silakan ajukan proposal pada periode selanjutnya.
Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) membuka kesempatan pengajuan Hibah Pundi Hijau bagi komunitas/organisasi untuk mendukung gerakan masyarakat di akar rumput di Indonesia yang berupaya mewujudkan keadilan iklim.
Untuk itu, kami mengundang komunitas/organisasi untuk mengajukan proposal Hibah Pundi Hijau di tahun 2024 dengan dana hibah maksimal sebesar Rp 30.000.000, – (Tiga Puluh Juta Rupiah). Dana hibah ini dapat digunakan untuk mendanai kerja-kerja perubahan iklim dalam konteks kedaulatan pangan dan inisiatif kesehatan berakar pada kearifan lokal.
Kriteria Penerima Dana Hibah Pundi Hijau:
Komunitas/organisasi masyarakat lokal dan organisasi berbasis masyarakat.
Tidak sedang menerima dana bantuan program baik dari pemerintah maupun lembaga donor lainnya.
Memiliki sistem kerja yang menjamin adanya akuntabilitas, dan diharapkan dapat menunjukkan kemampuan dalam menyusun laporan kegiatan dan keuangan dengan baik.
Proposal yang diusulkan harus selaras dengan prinsip-prinsip keadilan iklim, mengatasi dampak perubahan iklim dalam konteks kedaulatan pangan dan inisiatif kesehatan yang berakar pada kearifan lokal, dan mengadvokasi solusi yang adil.
Menyertakan dua nama referensi beserta kontak yang dapat dihubungi dalam proposal.
Komunitas/organisasi dapat mengajukan proposal narasi dan anggaran untuk kegiatan selama 12 bulan untuk periode Februari 2024 – Januari 2025.
Batas pengajuan proposal hibah Pundi Hijau adalah tanggal 31 Januari 2024.
Proposal akan diseleksi oleh tim pengarah Pundi Hijau dan Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa)
Pengumuman penerima hibah Pundi Hijau akan dilakukan pada bulan Februari 2024 di media sosial Indonesia untuk Kemanusiaan dan penerima hibah akan menerima email konfirmasi.
Komunitas/organisasi terpilih bersedia mengirimkan cerita-cerita lapangan, laporan narasi kegiatan dan keuangan, beserta informasi pendukung lainnya.
Siapkan Kelengkapan Dokumen Pendukung untuk Diunggah Secara Online Meliputi:
Foto/scan struktur komunitas/organisasi.
Foto/scan rekening bank atas nama lembaga atau rekening tabungan dengan dua nama orang yang berasa dalam struktur lembaga/komunitas.
Foto/scan identitas (KTP) Ketua dan Bendahara.
Unggah proposal anggaran kegiatan sesuai dengan template yang diberikan.
Proposal yang masuk akan diseleksi oleh tim pengarah Pundi Hijau dan Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa).
*Klik link di bawah ini untuk pengisian proposal naratif dan template anggaran secara on-line:
Melakukan identifikasi pola-pola penggalangan dana, pengetahuan , kerelawanan dan jaringan sosial untuk pengembangan sumber daya Pundi Hijau
Menyiapkan rencana kerja operasional (work plan) dan anggaran kegiatan atau program di lingkup Pundi Hijau dengan capaian target penggalangan daya.
Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan atau program Pundi Hijau sesuai ketentuan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan-tujuan strategis IKa sesuai visi dan misi IKa.
Memberikan pelayanan, asistensi, dan penguatan kapasitas kepada organisasi mitra dalam bidang penggalangan dan pengelolaan sumber daya sesuai yang mereka butuhkan.
Mengembangkan kerja sama dan kemitraan dengan berbagai pihak dalam rangka penggalangan sumber daya sesuai model kerja IKa (komunitas pemberdaya).
Mengkoordinasikan tercapainya kegiatan pemantauan dan evaluasi atas program/kegiatan Pundi HIjau untuk memastikan adanya pembelajaran yang transformatif dan berkelanjutan.
Mengedepankan kerja tim (teamwork) di dalam divisi pengembangan sumber daya dan lintas divisi di dalam lembaga IKa.
Menyusun laporan-laporan kegiatan/program yang menjadi lingkup tugas dan tanggung jawab program/kegiatan Pundi Hijau bagi pengembangan dan pembelajaran yang berkelanjutan.
Kualifikasi:
Lulus S1 dengan pengalaman bekerja di LSM minimal 3 tahun
Memiliki wawasan dan pengetahuan mengenai lingkungan hidup, utamanya perubahan iklim.
Memiliki pemahaman manajemen organisasi dan manajemen program
Memiliki pengalaman dalam menjalankan program di LSM.
Lancar menggunakan program Microsoft office (Ms. Word, Ms. Excell, dan lainnya) dan aplikasi kerja online (Zoom, Teams, dll.).
Memiliki ketekunan, kedisiplinan, tanggung jawab dan loyalitas dalam menyelesaikan tugas.
Memiliki kepedulian dan wawasan ke-LSM-an serta transformasi sosial.
Memiliki kemampuan berkomunikasi, motivasi dan persuasi kepada orang lain yang berhubungan dengan bidang tugasnya.
Fasih berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Memiliki pengalaman bekerja dalam tim dengan beragam karakter.
Bagi calon pelamar yang berminat, silakan kirim surat lamaran, CV termasuk referensi (minimal 2 orang) dan gaji yang diharapkan ke email: sekretariat@indonesiauntukkemanusiaan.org, paling lambat tanggal 31 Agustus 2023.
Hanya pelamar yang memenuhi kualifikasi yang akan dihubungi.
Dalam rangka mengajak orang muda untuk lebih memahami tentang krisis iklim, Forum Orang Muda untuk Kemanusiaan (FORA) mengadakan acara diskusi dan nonton bareng film Climate Witness yang bertajuk “Cerita Inspirasi dari NTT untuk Orang Muda” pada Kamis (16/03) pukul 13.00 WIB yang bertempat di Kekini CoWorking Space, Jakarta Pusat. Kegiatan ini didukung oleh Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa).
Krisis iklim merupakan isu yang sangat mendesak yang menuntut untuk segera ditangani. Hal ini disebabkan perubahan iklim yang terjadi dapat mempengaruhi banyak hal, seperti kesehatan, lingkungan, hingga kelangsungan hidup manusia di masa depan. Oleh karena itu, diperlukan peran orang muda, sebagai pewaris planet ini, dalam menangani masalah tersebut.
Untuk menyemarakkan acara diskusi, FORA turut mengundang tiga narasumber yang bergerak di isu lingkungan, yakni Eulis Utami dari Hutan Itu Indonesia, Arya Pramuditha dari Extinction Rebellion Indonesia, dan Rivani yang merupakan perwakilan dari Koprol Iklim serta dipandu oleh Alva Maldini selaku koordinator FORA.
Acara ini diawali dengan nonton bareng film Climate Witness yang terbagi menjadi empat potongan film dengan masing-masing membawa solusi isu iklim yang berbeda. Kemudian, dilanjutkan dengan perkenalan komunitas FORA dan kegiatan fundraising Pundi Hijau, salah satu program pemberdayaan dari IKa.
“Pundi Hijau bergerak dengan mengembangkan komunitas pemberdaya sebagai ekosistem pendukung. Pundi Hijau juga mengembangkan ketahanan pangan lokal berbasis komunitas yang terkena dampak kebencanaan,” terang Alva Maldini, Koordinator FORA sekaligus moderator acara, menjelaskan program Pundi Hijau kepada para peserta dan mengajak mereka untuk melakukan donasi sebagai bagian dari kepedulian terhadap lingkungan.
Selanjutnya adalah sesi diskusi dan sesi tanya jawab dengan peserta. Tak ketinggalan, acara tersebut juga diselingi dengan sesi perkenalan masing-masing komunitas, baik yang dibawa oleh narasumber maupun peserta diskusi.
Sekilas tentang Climate Witness
Climate Witness merupakan film dokumenter yang menceritakan tentang empat tokoh inspiratif dari Nusa Tenggara Timur yang telah melakukan berbagai inisiatif aksi iklim, mulai dari pengelolaan hutan mangrove, pendampingan warga pesisir terdampak, kearifan lokal masyarakat adat hingga keterlibatan anak muda dalam memberikan edukasi di lingkungan sekitarnya.
“Banyak inisiatif dari orang NTT dalam melakukan aksi iklim yang kurang dipublikasikan,” jelas Eulis Utami, perwakilan dari Hutan Itu Indonesia, saat ditanya alasan memilih orang NTT sebagai tokoh utama dalam film ini. “Yang mereka lakukan sudah berkontribusi untuk global,” tambahnya.
Film yang berdurasi 60 menit ini diharapkan bisa menghadirkan inspirasi positif kepada publik dan menjadi pembelajaran bagi daerah-daerah lain di Indonesia untuk mulai melakukan aksi yang bisa menghadirkan dampak positif terhadap iklim.
“Dari film ini kita bisa belajar bahwa masyarakat lokal malah bisa menjadi contoh bagi masyarakat transnasional,” komentar Arya Pramuditha, narasumber dari Extinction Rebellion Indonesia.
Apa yang Bisa Orang Muda Pelajari?
Film ini memberikan pelajaran kepada orang muda bahwa krisis iklim benar-benar sedang terjadi dan perubahan iklim itu nyata adanya, bahkan sampai dirasakan oleh orang-orang yang tinggal di daerah kecil yang notabene jauh dari hiruk pikuk kehidupan di perkotaan.
Pelajaran selanjutnya adalah bahwa untuk menangani krisis iklim sebenarnya bisa dimulai dengan melakukan langkah-langkah kecil yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dengan menanam pohon, sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat pesisir NTT yang berinisiatif untuk mengembangkan dan melestarikan hutan mangrove.
Selain itu, pendidikan merupakan senjata utama yang bertujuan, selain menambah pengetahuan bagi manusia, juga bisa menjadi jembatan dalam menyatukan gap yang terjadi antar generasi yang berbeda, generasi muda dan generasi tua.
“Dari pendidikan bisa bersinergi antara satu sama lain, antar generasi tanpa adanya intervensi,” tutur Rivani dari Koprol Iklim.
Adapun gambaran mengenai peran pendidikan dalam menangani krisis iklim bisa kita saksikan dalam film ini melalui kisah perjuangan Selia saat mendirikan dan menggerakkan Cahaya Anak Sumba, wadah yang menjadi pusat kegiatan belajar holistik bagi masyarakat Sumba, terutama anak-anak dan orang muda.
Terakhir, acara yang berlangsung kurang lebih dua jam ini menjadi ajang berkenalan dan bertukar perspektif antar sesama orang muda. Mereka memperkenalkan diri dan komunitasnya serta menceritakan pengalaman terkait hal kecil yang sudah mereka praktikkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga lingkungan dan menangani krisis iklim.
“Semoga ke depannya FORA bisa menjadi wadah diskusi bagi orang muda terkait berbagai isu dan dari diskusi tersebut bisa menciptakan solusi dan aksi nyata,” tutup Alva Maldini menandai berakhirnya acara nobar dan diskusi.