
Indonesia saat ini sedang mendapatkan bonus sumber daya manusia usia muda atau disebut dengan istilah bonus demografi. Istilah ini mengacu pada kondisi di mana proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan penduduk non-produktif. Bonus demografi memberikan peluang besar bagi Orang Muda untuk berperan aktif dalam berbagai aspek pembangunan. Orang Muda adalah agen perubahan yang dapat membawa dampak signifikan melalui inovasi, kreativitas, dan semangat mereka. Peranan orang muda dianggap penting karena dengan langkah yang strategis yang diambil sejak saat ini akan bermanfaat bagi kehidupan orang muda saat ini dan generasi selanjutnya di masa mendata
Sebagai organisasi sumber daya bagi masyarakat sipil, Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) membawa visi mempromosikan kehidupan yang adil, bermartabat, dan sejahtera untuk semua, berlandaskan hak asasi manusia, demokrasi, dan kelestarian alam. Orang Muda adalah salah satu fokus perhatian dukungan IKa sejak tahun 2022. Bersama Asian Community Trust, IKa mendorong inisiatif-inisiatif baik dari komunitas orang muda sehingga dalam kurun waktu 2022-2024 berhasil mendukung 17 komunitas dalam bentuk hibah untuk Komunitas Muda Berdaya dan pengetahuan (capacity building). Komunitas-komunitas Muda ini bergerak dengan mengangkat isu-isu yang berakar pada konteks lokal masing-masing, sekaligus menjembatani keterkaitan yang kompleks antara berbagai isu, seperti lingkungan, HAM, kesetaraan gender, dan keadilan sosial. Sebagai bagian dari masyarakat sipil, komunitas muda memiliki peran strategis dalam pembangunan berkelanjutan berkat pengetahuan lokal yang mereka miliki.
Komunitas Muda Berdaya tersebar di seluruh lndonesia, mulai dari ujung Barat: Komunitas Kompak, (Batam) Forest is Our Friend (Tangerang Selatan), Balad Kawit (Bandung), Youthfel Indonesia (Sleman) Tanah Tumbuh (Yogyakarta), Narasi Perempuan Sekolah Ekofeminisme(Banjarmasin), Wajah Literasi (Kapuas Hulu), Himba alam nusantara (Barito Kuala), Satu Dalam Perbedaan /SADAP(Pontianak), Sekolah Pesisi Juang (Mataram), Sikola Bajalan (Wakatobi), Rumah Bacarita Sejarah (Seram), Mangente Forest Rover Mangente (Ambon), Bio Natural (Ambon) Sekolah Mimpi (Kepulauan Aru), Komunitas Peduli Papua (Sorong), Suara Grina (Jayapura).
Kesempatan mengimplementasikan kegiatan yang sudah direncanakan secara lebih baik, kesempatan berjejaring lebih luas untuk kelanjutan organisasi serta tertib administrasi menjadi poin yang paling banyak muncul saat tim IKa berdiskusi secara online bersama tujuh Komunitas Muda Berdaya pada awal tahun 2025. Rumah Bacarita Sejarah, Komunitas Muda Berdaya dari Kab. Seram, mengatakan bahwa kegiatan penghijauan dan edukasi ke sekolah-sekolah terkait kegiatan penanaman yang mereka lakukan menjadi lebih terstruktur, dapat menjangkau dan melibatkan lebih masyarakat terutama edukasi yang mereka lakukan tidak melulu berbasis text-book namun juga berdasarkan pengalaman. Sementara itu Sekolah Pesisi Juang dari Kota Mataram bercerita bahwa sejak mendapatkan hibah Komunitas Muda Berdaya secara internal meningkatkan kepercayaan diri untuk mencoba mengirimkan proposal hibah untuk kegiatan organisasi dan lebih berani berkompetisi guna mendapatkan hibah tersebut.
Pemanfaatan hibah berlangsung bukan tanpa tantangan. Wajah Literasi, Komunitas Muda Berdaya dari Kab. Kapuas Hulu, bercerita tentang pengelolaan sumber daya berbasis relawan dan memiliki profesi berbeda seperti dokter dan peneliti sehingga dalam perencanaan kegiatan dan penjadwalan membutuhkan proses yang panjang untuk mengakomodir kebutuhan dan jadwal yang sesuai. Narasi Perempuan, Komunitas Muda Berdaya berbasis di Banjarmasin, bercerita mengalami tantangan terkait kehadiran peserta yang tidak konsistensi hadir selama rangkaian workshop ekosistem lahan gambut. Tantangan lain yang dihadapi oleh komunitas yang menggunakan pendekatan eko-feminisme dalam kegiatannya adalah lebih terkait manajemen keuangan organisasi
Keberlanjutan adalah satu hal yang menjadi poin juga mengemuka pada diskusi online ini. Komunitas Muda Berdaya yang menggunakan teknologi AI dalam memantau hutan Mangrove, Mangente Forest dari Ambon, berbagi bahwa melalui kegiatan pemanfaatan Hibah Muda Berdaya membuka kesempatan berjejaring untuk keberlanjutan organisasi. Pihak CSR dari salah satu BUMN serta lembaga akademik lokal menjadi jejaring yang membuka peluang untuk keberlanjutan organisasi baik dari sisi pendanaan dan ketrampilan di bidang teknologi. Sementara itu Sekolah Mimpi, Komunitas Muda Berdaya dari Kepulauan Aru, setelah melakukan kegiatan yang mengajarkan anak-anak sekolah untuk melindungi lautan mereka dan hidup dalam harmoni dengan lingkungan selama pemanfaatan hibah, kemudian berhasil menggandeng sekolah menengah yang berada di wilayah dampingannya untuk mengadopsi kegiatan tersebut menjadi bagian dari Masa Orientasi Sekolah (MOS) setiap memasuki tahun ajaran baru. Selain itu, Sekolah Mimpi juga melibatkan masyarakat setempat, termasuk di dalamnya merangkul orang tua sehingga dapat bersama-sama membangun lingkungan yang lebih inklusif.
Dinamika yang diperoleh Komunitas Muda Berdaya selama masa pemanfaatan hibah, menjadi sebuah pembelajaran berharga bahwa inisiatif dari komunitas lokal merupakan modal berharga dalam menemukan solusi bagi berbagai isu yang terjadi di komunitas masing-masing. Dukungan yang diberikan IKa dan ACT menjadi katalis dan membuka peluang Komunitas Muda Berdaya untuk dapat beraksi untuk membawa transformasi bagi lingkungan sekitar. Lebih jauh lagi, keberlanjutan menjadi satu hal mungkin bagi Komunitas Muda Berdaya.