Komunitas Muda Berdaya: Dari Aksi ke Transformasi

Indonesia saat ini sedang mendapatkan bonus sumber daya manusia usia muda atau disebut dengan istilah bonus demografi. Istilah ini mengacu pada kondisi di mana proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan penduduk non-produktif. Bonus demografi memberikan peluang besar bagi Orang Muda untuk berperan aktif dalam berbagai aspek pembangunan. Orang Muda adalah agen perubahan yang dapat membawa dampak signifikan melalui inovasi, kreativitas, dan semangat mereka. Peranan orang muda dianggap penting karena dengan langkah yang strategis yang diambil sejak saat ini akan bermanfaat bagi kehidupan orang muda saat ini dan generasi selanjutnya di masa mendata

Sebagai organisasi sumber daya bagi masyarakat sipil, Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) membawa visi mempromosikan kehidupan yang adil, bermartabat, dan sejahtera untuk semua, berlandaskan hak asasi manusia, demokrasi, dan kelestarian alam. Orang Muda adalah salah satu fokus perhatian dukungan IKa sejak tahun 2022. Bersama Asian Community Trust,  IKa mendorong inisiatif-inisiatif  baik dari komunitas orang muda sehingga dalam kurun waktu 2022-2024 berhasil mendukung  17 komunitas dalam bentuk hibah untuk Komunitas Muda Berdaya dan pengetahuan (capacity building). Komunitas-komunitas Muda ini bergerak dengan mengangkat isu-isu yang berakar pada konteks lokal masing-masing, sekaligus menjembatani keterkaitan yang kompleks antara berbagai isu, seperti lingkungan, HAM, kesetaraan gender, dan keadilan sosial. Sebagai bagian dari masyarakat sipil, komunitas muda memiliki peran strategis dalam pembangunan berkelanjutan berkat pengetahuan lokal yang mereka miliki.

Komunitas Muda Berdaya tersebar di seluruh lndonesia, mulai dari ujung Barat: Komunitas Kompak, (Batam) Forest is Our Friend (Tangerang Selatan), Balad Kawit (Bandung), Youthfel Indonesia (Sleman) Tanah Tumbuh (Yogyakarta), Narasi Perempuan Sekolah Ekofeminisme(Banjarmasin), Wajah Literasi (Kapuas Hulu), Himba alam nusantara (Barito Kuala), Satu Dalam Perbedaan /SADAP(Pontianak), Sekolah Pesisi Juang (Mataram), Sikola Bajalan (Wakatobi), Rumah Bacarita Sejarah (Seram), Mangente Forest Rover Mangente (Ambon), Bio Natural (Ambon) Sekolah Mimpi (Kepulauan Aru), Komunitas Peduli Papua (Sorong), Suara Grina (Jayapura).

Kesempatan mengimplementasikan kegiatan yang sudah direncanakan secara lebih baik, kesempatan berjejaring lebih luas untuk kelanjutan organisasi serta tertib administrasi menjadi poin yang paling banyak muncul saat tim IKa berdiskusi secara online bersama tujuh Komunitas Muda Berdaya pada awal tahun 2025. Rumah Bacarita Sejarah, Komunitas Muda Berdaya dari Kab. Seram, mengatakan bahwa kegiatan penghijauan dan edukasi ke sekolah-sekolah terkait kegiatan penanaman yang mereka lakukan menjadi lebih terstruktur, dapat menjangkau dan melibatkan lebih masyarakat terutama edukasi yang mereka lakukan tidak melulu berbasis text-book namun juga berdasarkan pengalaman. Sementara itu Sekolah Pesisi Juang dari Kota Mataram bercerita bahwa sejak mendapatkan hibah Komunitas Muda Berdaya secara internal meningkatkan kepercayaan diri untuk mencoba mengirimkan proposal hibah untuk kegiatan organisasi dan lebih berani berkompetisi guna mendapatkan hibah tersebut.

Pemanfaatan hibah berlangsung bukan tanpa tantangan. Wajah Literasi, Komunitas Muda Berdaya dari Kab. Kapuas Hulu, bercerita tentang pengelolaan sumber daya berbasis relawan dan memiliki profesi berbeda seperti dokter dan peneliti sehingga dalam perencanaan kegiatan dan penjadwalan membutuhkan proses yang panjang untuk mengakomodir kebutuhan dan jadwal yang sesuai. Narasi Perempuan, Komunitas Muda  Berdaya berbasis di Banjarmasin, bercerita mengalami tantangan terkait kehadiran peserta yang tidak konsistensi hadir selama rangkaian workshop ekosistem lahan gambut. Tantangan lain yang dihadapi oleh komunitas yang menggunakan pendekatan eko-feminisme dalam kegiatannya adalah  lebih terkait manajemen keuangan organisasi

Keberlanjutan adalah satu hal yang menjadi poin juga mengemuka pada diskusi online ini. Komunitas Muda Berdaya yang menggunakan teknologi AI dalam memantau hutan Mangrove, Mangente Forest dari Ambon, berbagi bahwa melalui kegiatan pemanfaatan Hibah Muda Berdaya membuka kesempatan berjejaring untuk keberlanjutan organisasi.  Pihak CSR dari salah satu BUMN  serta lembaga akademik lokal menjadi jejaring yang membuka peluang untuk keberlanjutan organisasi baik dari sisi pendanaan dan ketrampilan di bidang teknologi.  Sementara itu Sekolah Mimpi, Komunitas Muda Berdaya dari Kepulauan Aru, setelah melakukan kegiatan yang mengajarkan anak-anak sekolah untuk melindungi lautan mereka dan hidup dalam harmoni dengan lingkungan selama pemanfaatan hibah, kemudian berhasil menggandeng sekolah menengah yang berada di wilayah dampingannya untuk mengadopsi kegiatan tersebut menjadi bagian dari Masa Orientasi Sekolah (MOS) setiap memasuki tahun ajaran baru. Selain itu, Sekolah Mimpi juga melibatkan masyarakat setempat, termasuk di dalamnya merangkul orang tua sehingga dapat bersama-sama membangun lingkungan yang lebih inklusif.

Dinamika yang diperoleh Komunitas Muda Berdaya selama masa pemanfaatan hibah, menjadi sebuah pembelajaran berharga bahwa inisiatif dari komunitas lokal merupakan modal berharga dalam menemukan solusi bagi berbagai isu yang terjadi di komunitas masing-masing. Dukungan yang diberikan IKa dan ACT menjadi katalis dan membuka peluang Komunitas Muda Berdaya untuk dapat beraksi untuk membawa transformasi bagi lingkungan sekitar. Lebih jauh lagi, keberlanjutan menjadi satu hal mungkin bagi Komunitas Muda Berdaya.

Mengenal Desa Pedawa: Kolaborasi Adat, Budaya, dan Alam

Tahun 2025 agaknya menjadi tahun yang tepat bagi Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) untuk melakukan banyak eksperimentasi di setiap kegiatan dalam rangka 30 tahun berkiprah. Di bulan Maret ini, IKa memperkenalkan inisiatif baru dalam penyelenggaraan Festival Orang Muda. Festival yang biasanya diadakan di Jakarta kali ini dipindahkan sejauh 1.100 km ke Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. Menggandeng jaringan Yayasan Wisnu dan Komunitas Kayoman, festival ini berhasil melibatkan banyak orang muda serta kelompok dan komunitas lain yang memiliki visi serupa. Desa Pedawa sebagai lokasi festival merupakan salah satu desa adat tertua di Bali, yang letaknya berada pada 650 meter di atas permukaan laut. Menurut Bli Wayan, Ketua Komunitas Kayoman, desa ini memiliki bahasa yang unik dan berbeda dari dialek Bali pada umumnya, sehingga hanya masyarakat Pedawa yang bisa memahaminya.

Selain keunikan budaya dan tradisi, Desa Pedawa juga dikenal dengan mitos yang beredar di masyarakat kota. Bli Wayan Sukarta, selaku tetua adat Desa Pedawa, menceritakan bahwa banyak orang menganggap desa ini mistis dan menyeramkan. Letaknya yang jauh dari perkotaan dengan lika-liku perjalanan untuk bisa sampai kesana, membuat mitos tersebut kian santer di kalangan masyarakat awam Bali. Bahkan, seorang mahasiswa KKN bercerita bahwa temannya sempat bertanya, “Apa kamu tidak takut KKN di Desa Pedawa? Nanti nggak bisa pulang, lho!”.

Terlepas dari mitos-mitos tidak nyata itu, Desa Pedawa sebagai desa adat memiliki keswadayaan dengan mengandalkan iuran adat dari warga yang dikenal sebagai Krama Adat, seperti dalam pembangunan Pura. Keswadayaan ini tercermin dalam sistem sosial yang mengedepankan otoritas pengelolaan desa secara tradisional dengan prinsip ‘tata lilungguh‘, yakni prinsip yang menekankan pentingnya perilaku yang selaras dengan aturan adat untuk mencapai keharmonisan dan keseimbangan. Namun, prinsip tersebut bukan berarti bahwa Desa Pedawa tidak  berpaku terhadap peraturan negara, Desa Pedawa sebagai desa dinas juga menjalankan tata kelola yang diharuskan oleh NKRI.

Desa Pedawa merupakan desa yang mempunyai banyak sumber daya yang dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakatnya. Salah satunya adalah pemanfaatan air dalam kehidupan sehari-hari yang sejalan dengan tema Festival Orang Muda Berdaya tahun ini. Hasil kajian dari Sekolah Adat Manik Empul memperlihatkan keberadaan 33 jenis air yang dimiliki oleh Desa Pedawa dan masing-masing memiliki kegunaannya tersendiri. Oleh karena itu, air memiliki peranan mendasar dalam kebutuhan ritual keagamaan yang merepresentasikan manusia dan alam. Sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui, seringkali kita lupa bahwa suatu hari air yang kita anggap tak terbatas bisa saja habis jika tidak ada yang menjaga.

Pemuda Komunitas Kayoman (Sumber: Dokumentasi IKa, 2025)

Atas dasar keberlangsungan hidup bagi anak cucu, orang-orang muda yang mewarisi konsep Gama Tirta dalam tradisi Bali Aga, memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga sumber air yang sangat penting bagi spiritualitas dan kehidupan mereka. Konsep pelestarian air yang tidak hanya berfokus pada satu titik, tetapi melibatkan kawasan dari hulu (Catur Desa) hingga hilir (Panca Desa Bali Aga), memberi kesempatan bagi pemuda untuk berinteraksi dan berdiskusi dalam acara “rembug”. Acara ini bertujuan memperkuat kerjasama antar desa dan memperkokoh semangat konservasi air di kalangan generasi muda.

Peningkatan Kapasitas Komunitas Muda Berdaya: Semangat Muda, Penggerak Solusi Bangsa

Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) sebagai organisasi sumber daya masyarakat sipil, mendorong inisiatif baik yang dilakukan komunitas orang muda melalui Hibah Komunitas Muda Berdaya, yang didukung Asian Community Trust (ACT Japan). Dalam pelaksanaannya, IKa mengaplikasian pendekatan Participatory Grant Making, yang mengedepankan partisipasi pemrakarsa muda untuk memperkuat kapasitas dan kemampuan memanfaatkan sumber daya mereka sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masing-masing komunitas. 

Untuk memperkuat kapasitas sumber daya komunitas muda, khususnya dalam semangat catur daya (dana, pengetahuan, jejaring, dan kerelawanan), IKa menyelenggarakan 5 seri Peningkatan Kapasitas bagi Komunitas Muda Berdaya, sebagai sarana menggerakkan generasi muda, juga membangun rasa solidaritas dan kebersamaan di kalangan orang muda.

Pemrakarsa Hibah Muda Berdaya tersebar seluruh Indonesia, dari pulau Sumatera hingga Papua. Isu yang didampingi komunitas juga beragam, dengan konteks yang merumput setiap wilayahnya. Untuk menghadapi hal ini, IKa memanfaatkan platform daring untuk tetap menjalankan kegiatan Peningkatan Kapasitas bagi Komunitas Muda Berdaya ini agar berjalan interaktif, partisipatif dan inklusif lintas-isu lintas-komunitas. 

Berdasarkan polling bersama pemrakarsa komunitas muda berdaya, isu HAM dan lingkungan menjadi prioritas utama. Materi masing-masing topik dilakukan dalam 2 pertemuan; dengan pertemuan pertama untuk pengenalan isu. Pengenalan Isu HAM dengan pemateri Alif Nurwidiastomo dari YLBHI Jakarta, dan Pengenalan Isu Lingkungan dengan pemateri Ahmad Baihaqi dari Belantara Foundation. Sementara itu pertemuan kedua tentang pengorganisasian terkait isu , yaitu pengorganisasian untuk isu HAM dengan pemateri Daniel Winarta dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, dan pengorganisasian untuk isu Lingkungan dengan pemateri Ahmad Baihaqi dari Belantara Foundation. Selanjutnya, dengan semangat memastikan keberlangsungan komunitas, IKa mengintegrasikan dua isu tersebut dengan materi tentang Tata Kelola Program dengan pemateri Ririn Habsari dari REMDEC. Masing-masing pemateri adalah profesional dalam isu HAM, lingkungan dan manajemen administrasi organisasi. YLBHI sebagai lembaga yang konsisten memperjuangkan penegakan hukum, HAM, dan gerakan pro-demokrasi; Belantara Foundation sebagai lembaga yang bergerak dalam upaya konservasi skala luas sambil meningkatkan kesejahteraan masyarakat; dan REMDEC sebagai konsultan spesialis Organisasi Sipil Masyarakat (OMS).

Benang merah dalam Sesi Peningkatan Kapasitas ini adalah untuk menginisiasi penyadaran sosial orang muda, dimulai dari individu kemudian berkembang ke tingkat komunitas, dan memerlukan pengorganisasian yang solid untuk mengatasi berbagai tantangan. Utamanya, tantangan yang merumput memerlukan pemecahan masalah yang kontekstual terhadap siapa yang didampingi. Proses ini melibatkan strategi jangka pendek dan panjang, dengan pendekatan berbasis komunitas. 

Pendekatan akan berbeda, karena berdasarkan konteks lokal yang berbeda. Misalnya dalam hal perizinan dan mengorganisir kegiatan: Rumah Bacarita Sejarah (Kota Sirih, Maluku) yang kegiatannya banyak melibatkan anak-anak. Dalam pengorganisasiannya, Rumah Bacarita Sejarah memilih menggunakan inkorporasi budaya lokal, seperti dengan mengaitkan dengan kegiatan olahraga. Berbeda dengan Youthfel Indonesia (Sleman, Yogyakarta), yang salah satu kegiatannya berbentuk edukasi ke anak usia Sekolah Dasar. Pengorganisasian yang mereka lakukan juga mengintegrasikan budaya lokal, tetapi dalam konteks Jogja yang banyak seniman, dengan kegiatan yang berbentuk Artivism (gabungkan antara seni dengan aktivisme).

Komunitas muda sering menghadapi kendala seperti jumlah anggota yang terbatas, keterbatasan waktu, dan rendahnya tingkat keterlibatan dalam kegiatan berbasis kerelawanan. Namun, di level komunitas, orang muda perlu sadar bahwa semua individu memiliki peran dalam proses check and balance agar kebijakan lokal tidak hanya berbasis perhitungan finansial, tetapi juga pro-lingkungan dan bersifat berkelanjutan. Kekuatan individu inilah yang perlu diorganisir menjadi suara komunitas.

Untuk lebih memperkuat kapasitas komunitas muda, pengembangan melalui ruang belajar seperti Peningkatan Kapasitas ini sangat penting. Dengan bertambahnya pemahaman tentang isu dan kemampuan tentang tata kelola program dan organisasi, mereka semakin matang dalam menghadapi tantangan yang merumput di komunitas masing-masing dan diharapkan bisa berkolaborasi lintas-isu, lintas-komunitas, untuk mencapai tujuan yang lebih besar di masa depan.

Integrasi Islam dan Ekologi: Inovasi Kurikulum Green Islam di Pesantren Ath Thaariq

“Kami percaya bahwa menjaga alam adalah bagian dari tanggung jawab spiritual kita sebagai umat Islam. Dengan pemikiran itulah, kami merancang kurikulum berbasis Green Islam untuk mendidik santri dan masyarakat luas tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam sesuai dengan ajaran Islam,” ujar Nisya Saadah, pendiri Pesantren Ekologi  Ath-Thaariq Garut pada Jumat, 2 Agustus 2024, melalui pertemuan online bersama Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa).

Nisya Saadah, atau yang akrab disapa teh Nisya menyampaikan bahwa kurikulum ini tidak hanya fokus pada pendidikan agama, tetapi juga pada bagaimana ajaran Islam dapat diterapkan dalam konteks perlindungan lingkungan dan bertujuan untuk mengintegrasikan ajaran Islam dengan prinsip-prinsip ekologi, agroekologi, ekofeminisme serta menegaskan peran penting pesantren dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan memperkuat hubungan manusia dengan alam berdasarkan nilai-nilai keislaman. Atau dengan kata lain kurikulum ini menjadi bagian dari upaya untuk menjadi rahmatan lil alamin, atau rahmat bagi seluruh alam.

Melalui integrasi tiga komponen utama, yaitu Kurikulum Agama Islam sebagai Agama Semesta, Kurikulum Ekologi, dan Kurikulum Ekofeminis, Teh Nisya mengajarkan para santri di Pesantren Ath-Thaariq untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam menjaga lingkungan, seperti konsep Tauhid, Khalifah (wakil di muka bumi), dan Fitrah (kesucian).

Sejak 2008, Pesantren Ath-Thaariq telah dikenal sebagai pelopor dalam pendidikan berbasis ekologi di Indonesia. Pesantren ini mengajarkan santri untuk bertani, mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan, dan memperkuat hubungan antara manusia dan alam sebagai bagian dari ibadah mereka.

“Kami berharap kurikulum ini tidak hanya bermanfaat bagi santri di pesantren, tetapi juga dapat diimplementasikan oleh masyarakat luas yang peduli terhadap lingkungan,” tambah Nisya.

Kurikulum Green Islam  sendiri merupakan gagasan  teh Nisya bersama Salwa Khanza (putrinya) dan Tarmizi, Ketua Ekologi Indonesia sejak 15 September hingga 24 November 2023. Hal yang membedakan kurikulum Green Islam yang disusun teh Nisya dan tim terletak pada Kurikulum Ekofeminis yang disampaikan. Hal ini karena kerap kali Green Islam hanya dipandang sebagai kepanjangan Fiqih Lingkungan. Padahal lingkup Green Islam lebih luas karena mengartikulasikan nilai-nilai dan elemen dalam Islam, di antaranya Tauhid, Fiqih Lingkungan, Akhlak Lingkungan, Kesetaraan, Amanah, Keadilan, Amal Sholeh, dsb. 

Dasar dari penulisan kurikulum ini sendiri berdasarkan Al-Qur’an, Hadits, dan pendapat ulama. Kurikulum berbasis epistemologi ini dapat dikatakan sebagai pengantar karena masih ada beberapa pembahasan lebih jauh. Meski demikian, kurikulum ini sangat penting dipelajari baik dari kalangan santri, mahasiswa, umum, hingga konsultan Pembangunan karena menggunakan pendekatan Islam yang holistik dan universal. Pesantren At-Thariq adalah salah satu mitra Pundi Hijau Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) tahun 2023 yang  mendapat dukungan dari ClimateWorks Foundation.

PENGUMUMAN Hibah Komunitas Muda Berdaya

Hi Sahabat IKa,

Terima kasih buat kalian yang udah ikutan dalam Call for Youth Community Komunitas Muda Berdaya yang kita buka kemarin. Maaf ya kalau pengumumannya agak telat dari jadwal. Setelah seleksi yang panjang, terpilih 10 komunitas dari 3 wilayah Kalimantan, NTB, dan Maluku.

Selamat buat 10 komunitas keren yang udah terpilih jadi bagian dari Komunitas Muda IKa!

Give Back Sale (GBS) Pundi Perempuan

Hi sahabat IKa,

Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) bersama Komnas Perempuan kembali mengadakan Give Back Sale (GBS) Pundi Perempuan. Barang preloved yang tersedia berupa tas lokal dan branded, sepatu, baju, pakaian dewasa baik etnik maupun modern, kain tradisional (batik, tenun, ulos, songket), peralatan bayi, mainan anak, aksesoris (anting, bros, kalung, kacamata, jam tangan), buku berbagai tema, peralatan rumah tangga dll.

GBS Pundi Perempuan diadakan pada:

Waktu: Rabu – Sabtu, 24 – 27 Juli 2024
Pukul: 10.00 – 20.00 WIB
Tempat: Ke:Kini Ruang Bersama
Jl. Cikini Raya No. 43-45 Menteng, Jakarta Pusat

Give Back Sale merupakan sebuah acara galang dana publik melalui penjualan barang-barang pre-loved yang hasilnya digunakan untuk kerja-kerja pendampingan perempuan korban kekerasan di Indonesia yang dikelola oleh lembaga pengada layanan atau Women Crisis Center (WCC).

Yuk hadir, jangan sampai terlewatkan!

Info lebih lanjut : 0813-8673-5816 (IKa)

Give Back Sale (GBS)

Hallo, Sahabat IKa!

Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) bersama Komnas Perempuan mengajak kamu mendonasikan barang-barang preloved untuk Give Back Sale (GBS) yang akan dilaksanakan secara offline. Hasil dari penjualan GBS, akan disalurkan kepada lembaga pengada layanan atau Women Crisis Centre (WCC) yang memberikan pendampingan kepada perempuan korban kekerasan di Indonesia.

Jenis dan ketentuan barang preloved yang bisa kamu donasikan dapat dilihat pada poster!

Kamu juga bisa antar atau kirimkan barang preloved kamu ke kantor Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa)
Ke:kini Ruang Bersama
Jl. Cikini Raya No. 43-45, Menteng,
Jakarta Pusat
Kontak: 0813-8673-5816

Mohon pengantaran/pengiriman dilakukan:
Senin-Jumat, Pkl. 10.00-17.00 WIB
Sabtu, Pkl. 10.00-15.00 WIB

Batas pengumpulan barang preloved:
18 – 28 Juni 2024

Jangan sampai terlewat, ya! Yuk kosongkan lemarimu dan ajak teman-temanmu berdonasi.

Call for Proposal Untuk Komunitas Muda Berdaya

Program Komunitas Berdaya Muda kembali membuka kesempatan bagi Komunitas Muda yang memperjuangkan kehidupan yang adil, bermartabat dan sejahtera bagi semua dalam kerangka hak-hak asasi manusia, kebudayaan, dan kelestarian alam untuk mendapatkan dukungan daya dengan mengirimkan proposal kegiatan andalan masing-masing.

Pembukaan Call ini diinisiasi oleh IKa dengan dukungan Asian Community Trust (ACT). IKa merupakan Organisasi Sumber Daya bagi Masyarakat Sipil (OSMS) yang mendukung inisiatif baik dari Komunitas Muda melalui catur daya (dana, jaringan, pengetahuan, dan kerelawanan) melalui Program Komunitas Muda Berdaya.

Apa bentuk dukungan daya bagi Komunitas Muda Berdaya?

✅Total dukungan Rp. 50.000.000 bagi 10 Komunitas yang berada di Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Maluku Utara (masing-masing Komunitas mendapatkan bantuan pendanaan kegiatan senilai Rp. 5.000.000).
✅Beasiswa training peningkatan kapasitas.
✅Kesempatan mendapat jaringan yang lebih luas.

Tunggu apa lagi? Segera susun proposal kamu dan kirimkan melalui https://s.id/KomunitasMudaBerdaya2024

Narahubung wa.me/6282112599731

Linimasa Seleksi Komunitas Muda Berdaya:
Pendaftaran 12 – 22 Juni 2024
Proses Seleksi 24 – 26 Juni 2024
Pengumuman 27 Juni 2024

LBH APIK NTT Melawan Gelombang Kekerasan terhadap Perempuan

Di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Lembaga Bantuan Hukum APIK NTT (LBH APIK NTT) hadir sebagai salah satu garda terdepan dalam merespon kasus kekerasan berbasis gender. Dengan angka kasus yang terus meningkat, LBH APIK NTT memainkan peran penting dalam memberikan bantuan hukum dan pemulihan psiko-sosial bagi perempuan korban kekerasan berbasis gender.

Angka kasus yang dilaporkan mengkhawatirkan. Di tahun 2022, Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak Provinsi NTT menerima 287 laporan kekerasan berbasis gender. LBH APIK NTT pun mengalami peningkatan kasus, dengan jumlah kasus yang dilaporkan melonjak dari 36 pada tahun 2021 menjadi 71 pada tahun 2022.

LBH APIK NTT juga menceritakan bagaimana Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS), meskipun mempunyai kedudukan nasional, menghadapi hambatan dalam konteks lokal. Kegagalan aparat penegak hukum setempat dalam mengenali dan menerapkan peraturan ini menyebabkan LBH APIK NTT tidak mempunyai perangkat hukum yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan kekerasan berbasis gender yang mendesak secara efektif.

Kurangnya pengakuan ini membuat seluruh proses bantuan hukum yang diberikan LBH APIK NTT terhambat. Para korban, yang sudah berada dalam situasi rentan, mendapati jalan mereka menuju keadilan terhambat oleh kesenjangan birokrasi. Tidak adanya pedoman dan peraturan yang jelas membuat korban dan pendamping berada dalam posisi yang sulit.

Norma budaya patriarki yang mengakar berkontribusi terhadap tantangan yang dihadapi perempuan di wilayah tersebut. LBH APIK NTT mengemban tanggung jawab memberikan pendampingan litigasi maupun non-litigasi kepada korban yang terjebak dalam siklus kekerasan. Keterbatasan sumber daya menambah kesulitan, menghambat kemampuan lembaga pengada layanan ini untuk menyediakan layanan psikologis dan kesehatan yang komprehensif.

Kolaborasi dengan lembaga pengada layanan lain menjadi penting untuk memperluas akses terhadap layanan dan mengatasi tantangan logistik yang ditimbulkan oleh luasnya geografi wilayah NTT. LBH APIK NTT secara aktif menjalin kemitraan untuk menjembatani kesenjangan sumber daya, memastikan bahwa perempuan di daerah paling terpencil sekalipun menerima dukungan yang mereka butuhkan.

Pada tahun 2022, LBH APIK NTT mendapat dukungan dari Pundi Perempuan, memfasilitasi pemberian dukungan psikologis bagi korban, mendukung pengoperasian rumah aman, dan memenuhi kebutuhan transportasi. Kemitraan ini mendukung LBH APIK NTT untuk menangani 35 kasus, menawarkan pendampingan dan tempat berlindung yang aman bagi para korban.

LBH APIK NTT menyadari pentingnya jaringan dalam menciptakan perubahan yang bertahan lama. Berkolaborasi dengan paralegal dari Aliansi Laki-Laki Baru, lembaga ini memberikan asistensi kasus dan mediasi di desa-desa. Kolaborasi ini pun memperluas cakupan advokasi serta memperkuat upaya untuk memengaruhi norma dan sikap sosial yang melanggengkan kekerasan terhadap perempuan.

Dari 35 kasus yang ditangani LBH APIK NTT, dua kasus melibatkan perempuan dari kelompok rentan, yakni komunitas LGBT dan penyandang disabilitas. Hal ini mendorong LBH APIK NTT untuk meningkatkan kapasitas internal dalam membantu kelompok marginal dan memperluas jaringan mereka agar dapat melayani kebutuhan unik mereka dengan lebih baik.

LBH APIK NTT berdiri untuk membina komunitas yang memiliki tanggung jawab bersama dan upaya kolaboratif untuk penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Dedikasi lembaga ini dalam memberikan pendampingan bagi perempuan korban kekerasan berbasis gender, ditambah dengan kolaborasi strategis, mencerminkan komitmen yang kuat untuk memutus siklus kekerasan dan mendorong perubahan positif dalam kehidupan perempuan di NTT.

Serah Terima Bingkisan Idul Fitri untuk Si Mbah, Pegiat Kesenian Banyuwangi

Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1445 H, Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) di bawah program Pundi Insani menggalang donasi dari tanggal 19 Maret – 2 April 2024 bertajuk Bingkisan Hari Raya untuk Si Mbah, Penyintas Peristiwa ‘65. Pada tahun sebelumnya, IKa mendistribusikan Bingkisan Hari Raya untuk Si Mbah di wilayah Jabodetabek. Berdasarkan diskusi di internal IKa dengan Tim Pengarah Pundi Insani, tahun ini IKa mendistribusikan Bingkisan Hari Raya ke wilayah Banyuwangi melalui komunitas Layar Kumendung, sebuah komunitas seni yang merupakan hasil inisiatif dari sebagian penyintas peristiwa 1965/1966 bersama sejumlah individu dari berbagai latar belakang. Layar Kumendung, melalui komunitas Angklung Soren yang dikelolanya, menjadikan seni sebagai cara untuk menghadirkan kemanusiaan melalui aktivitas pelestarian kesenian Banyuwangi. 

Bapak Slamet Abdul Radjat, Ketua Pengurus Layar Kumendung, adalah pegiat kesenian Banyuwangi. Beliau juga adalah pencipta tarian Genjer-Genjer dan karya terbarunya adalah Tarian Perawan Sunting. Meskipun termasuk dalam kelompok yang terkena stigma peristiwa ‘65, beliau tidak pernah kenal lelah berkesenian serta melestarikan kebudayaan Banyuwangi melalui sanggar asuhannya bahkan hingga usia senja. Melalui Pak Slamet, bingkisan hari raya diberikan kepada 26 lansia penyintas yang berada di Banyuwangi, Ketapang, Glagah, dan Giri.

Saat melakukan pembagian bingkisan, Pak Slamet berperan sebagai koordinator dan membaginya melalui dua skema. Skema pertama, para penyintas sebagai penerima bingkisan berkumpul langsung di Sanggar ataupun di rumah Pak Slamet. Kedua, Pak Slamet mendatangi langsung ke rumah para penerima. Hal ini ternyata semakin memperkuat solidaritas di antara para penyintas pelanggaran berat HAM. Pemberian donasi dilakukan sejak tanggal 7 April 2024, para penyintas merasa bahagia menerima karena merasa ada yang masih memiliki kepedulian terhadap mereka.

Terima kasih, semoga diparingi rezeki dan sehat kanggo donatur. Kami senang atas kepedulian yang diberikan terhadap kami. Berapapun nominal tidak menjadi persoalan,” ungkap Ibu Slamet menyampaikan kesan dari para penerima donasi yang sudah memasuki usia senja. 

Beberapa penyintas juga masih aktif dalam berkesenian. Namun yang menjadi kerisauan mereka adalah kurangnya pendokumentasian atas hasil seni yang dihasilkan. Sejauh ini, mereka merawat ingatan dengan bertutur serta mengajarkan kepada kaum muda kesenian Banyuwangi baik dari tarian maupun permainan alat musik seperti angklung, kesenian yang sedianya dikenal berasal dari Jawa Barat, ternyata terdapat juga di Banyuwangi dengan nama Angklung Banyuwangian dan sudah ada sejak zaman Kerajaan Blambangan.

Pak Slamet kembali menyampaikan harapannya kepada Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) dan secara umum kepada instansi atau lembaga terkait untuk mendukung dan memfasilitasi proses pendokumentasian karya seni dari Layar Kumendung dan Sanggar Angklung. Harapannya hal ini dapat merawat Sejarah bangsa dan menjaga kelestarian kesenian Banyuwangi.

Selalu dapatkan kabar terbaru dari kami!